Jeon Jungkook membenarkan posisi kupluk di depan cermin ruang latihan. Konsekuensi berkolaborasi dengan Lisa adalah 'No on time', tidak peduli jam berapapun yang dijanjikan.
Dia jadi sedih memikirkan keadaan rekan kerjanya itu. Gadis semuda itu sudah dibebani oleh kehadiran bayi yang--uhm, mungkin sama sekali tidak diinginkan mulanya. Jungkook suka memaksa Lisa untuk mencari orang yang seharusnya bertanggung-jawab dalam hal ini. Meski ujungnya ditolak.
"Lebih baik ku batalkan saja mungkin, ya?" Jungkook bolak-balik menelpon Lisa yang memang hobi menyetel mode senyap. Huh! Bagaimana bisa selesai sesuai timeline? Kalau bertemu saja selalu susah. Ya, mereka koreografer sekaligus pelatih para idol yang dibayar murah karena derived kredibilitas yang rendah.
Oh, iya. Omong-omong soal Lisa. Semenjak pengakuannya beberapa tahun silam, keluarga besar sudah enggan mengakui gadis bungsunya sebagai anggota keluarga. Tak ayal ia didepak paksa sampai sekarang. Jungkook iba, meski baru kenal tujuh bulan Lisa sudah banyak cerita tentang apapun di masa lalunya.
Jungkook menanggalkan pakaian outdoor nya. Lebih baik pulang saja, atau bertemu Taehyung di kelab malam. Mumpung masih ada promo di bar langganan. Sekalian juga bertemu Min Yoongi untuk sekedar menanyakan projek musiknya.
'Lisa, tidak usah datang. Aku pergi dengan Taehyung barusan.'
Sebelum menekan tombol send, Jungkook menerawang sebentar guratan wajah Sean di foto profil Lisa.
"Halo Sean, bilang ke ibumu ya? Kalau hati yang kosong harus segera diisi." Jungkook terkikik geli. Setelah ini ia berjanji akan belajar menjadi gentle seperti Jung Hoseok.
➡️((Grapevine))⬅️
"Ingin ikut denganku tidak?" Taehyung bertanya santai pada Seokjin yang baru saja keluar dari kamar. Kebetulan sepupunya menginap di rumah sejak dua hari yang lalu.
"Kemana?" Dasar tidak tahu keadaan, Seokjin menatap nanar presensi Taehyung yang duduk santai di sofa. Dia kan tahu Seokjin tidak dianjurkan keluar di tengah udara dingin.
"Bar."
Senyumnya mengembang, sembari mengawasi Seokjin yang faktanya dulu memanglah pecinta malam-- sensasi melayang dan hiruk-pikuk tempat remang. Taehyung tidak lupa itu.
"Tidak, di luar dingin."
"Kamu bisa pakai jaket parka ku yang super hangat." Taehyung menyambar jawaban Seokjin. Intinya ia tidak hanya mengajak, tapi memaksa juga. Seokjin buru-buru menuju dapur demi menghindari rajukan Taehyung.
➡️((Grapevine))⬅️
Pagi-pagi memang waktu yang bagus untuk minum teh dan membaca semacam karya sastra. Lisa juga rela tidak membangunkan si buah hati supaya bisa leluasa beraktivitas. Baru beberapa minggu kembali ke Korea ia sudah mendapat banyak job. Walaupun tidak seberapa.
Baru beberapa minggu juga ia telah disambut oleh fakta buruk mengenai Jisoo dan 'bekas' kekasihnya. Ah, Lisa sudah tidak sudi melafalkan namanya. Biarlah yang dulu itu hanya dia sendiri yang tahu. Toh, Lisa berhak memendam ataupun mengumbar selagi masih dinyatakan sebagai manusia merdeka.
Setelah kejadian di pesta, Lisa menjadi sedikit menjauh dengan Taehyung. Yah, setidaknya meminimalisir momentum bertemu-- uhm, Kim Seokjin. Duh, Lisa buru-buru memukul kepalanya pelan. Dulu dia sempat terserang Anxiety saat berusaha mengingat Seokjin dan masa lalu. Berkat Jung Hoseok yang memang seorang terapis Lisa kembali mampu mengendalikan emosinya.
Ya, setidaknya ia beruntung dikelilingi oleh orang-orang terkasih.
Lisa mengambil kliping individunya tentang fashion wanita, ini syarat mendaftar sebagai model, punya tubuh indah haruslah dimanfaatkan ke arah yang lebih baik. Tuh kan, wejangan Hoseok kembali berlalu lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepai | Jinlice | Jinsoo
Fanfiction11-10-19 Lalisa ingin lukanya disembuhkan. Sepai : pecah menjadi kecil-kecil dan terserak ke mana-mana. (KBBI)