00. Note : Her Bitchy

322 39 6
                                    


"Aduh Seokjin, itu cerita lama."

Hoseok menuang kopi hitam ke cangkir gerabah di hadapan Seokjin. Bau akar-akaran memang favorit pria Jung yang tengah bersantai di apartemen tercinta. Sayang, Me Time nya sedikit terganggu oleh kehadiran Kim Seokjin yang rusuh.

"Kita dulu bersahabat, semua satu sekolah kecuali Jungkook yang masih mendekam di Busan. Ibu Sean itu sahabat mu."

Sahabat? Mengingat pertemuan perdana di pesta Seokjin jadi tidak yakin dulu pernah akrab. Betapa canggung waktu keduanya bersitatap, "Apa dulu aku dekat dengan semua teman?"

Hm..

Hoseok mengerling sebentar membuat respon simbolik tengah me-recall memori lama. Sebelum lanjut ia sempat menaikkan satu kaki di atas sofa.

"Sangat, terutama pada Jimin. Kau dulu overprotektif terhadap anggota termuda. Lalisa juga anggota termuda."

Hoseok menjeda. Cara paling ampuh memulihkan memori orang amnesia adalah dengan pendekatan instrumental, alias diperlihatkan barang-barang. Tapi sayang, semenjak pindah, kardus berisi kenangan masa SMA sudah lenyap. Tak henti Hoseok merutuki kebodohannya.

"Lalu?"

Ah, iya hampir lupa Seokjin tengah menunggu pitutur selanjutnya. Dasar, Jung Hoseok!

"Setiap bertemu kau selalu mengabsen satu-persatu kondisi perut yang lain. Jimin selalu bilang lapar dimanapun dan kapanpun."

"Tsk! Yak! Kau selalu menceritakan Jimin, Jimin, dan Jimin! Aku butuh informasi yang lain juga."

Bodoh, ini efek kalau Jung Hoseok terlalu rindu pada Jimin. Topiknya A dijawab Z, huh, kalau bukan Seokjin dijamin tidak ada yang betah meladeni si bobrok Jung Hoseok!

"Ah! Entahlah, diakhir cerita kalian sama-sama menghilang. Aku tidak tahu bagian mana yang penting, cara bergaul juga normal, tidak ada yang mencolok. Intinya kalian dulu temanan."

Hoseok tersulut, pasalnya, sudah diterapi beberapa puluh kali Seokjin tetap tidak ingat apapun. Bayangkan, hampir dua tahun berjalan jika ditanya soal silsilah keluarga ia tetap bingung. Apalagi belagu ingin mengingat sendiri tanpa bantuan ahli.

"Aish, aku juga pusing memikirkan kekacauan ini, Jin. Aku juga tidak bisa membantu banyak terhadap masalah Lalisa, ditanya soal siapa yang sudah berbuat hal tabu malah memaksakan diri untuk tidak mau lagi mengingat. Aku jadi susah ingin menolong gadis itu tahu!"

"--tapi kau malah bersikeras mau mengingat  sesuatu yang menurut medis di ambang kemustahilan. Kalian membuatku pusing!"

Seokjin ternganga, ia butuh bantuan tapi malah didamprat. Sebelum mengalihkan topik Seokjin sempat menggeledah dapur rekannya yang penuh dengan makanan instan. Dasar, sangat mudah meminta pasien untuk menjaga pola makan, tapi ia sendiri kacau.

➡️((Grapevine))⬅️

Hujan lagi.

Rose tak henti memandang jendela kaca yang memburam. Sedih, setelah mendapat kabar kalau kakaknya-- Park Chanyeol-- tidak bisa menjemput. Tega sekali seenak jidat meminta si bungsu menginap di rumah Lalisa dengan alasan 'malas keluar'.

Jennie tak henti meledek dan pamer perhatian yang diberi si cabul Kim Namjoon. Rose pikir itu membanggakan, apa? Dasar pasangan mesum! Walaupun ia single setidaknya masih punya hasrat untuk memilah. Rose bukan sembarangan gadis yang mudah luluh.

"Tangkap ini Rose!" Lisa melempar selimut tebal dari bibir pintu. Kalau bukan tuan rumah Rose tidak segan memelintir lengan kurus Lalisa yang selalu bertindak seenak hati.

Sepai | Jinlice | JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang