Hai readers, khusus chapter ini aku publish ulang karena bakal ada perubahan plot yaa😉
----
'Kim-Ji-Soo'
"Aku pemilik satu dari ribuan Kim Jisoo. Yang hangat. Yang tulus. Yang sempurna.
Jisoo yang nyaris superior dibanding diriku yang gelap dan kotor"
-
Pukul tujuh, waktu senja, nyaris kelam tanpa lintang di segala ufuk. Seokjin bertandang sengaja ke baluh bercat putih-abu di komplek anyar dekat perkiosan. Tanpa si sedan hitam metalik, menyewa taksi dan berjalan kaki demi bersua.
Tuan rumah sungkan, dipersilahkan ragu-ragu sembari memainkan punggung si kecil di gendongan, "Jisoo tidak kemari."
Memangnya alibi bisa tanpa balas?
Yang pria kikuk, meremas jemari, sukar sekali memadu atmosfer aneh menjadi satu kesatauan yang harmoni.
Lalisa berhasrat menyuguhi si tamu tak terduga secangkir krisan hangat dengan sesendok madu hitam, barangkali kekakuan berubah luwes seiring melebarnya sudut jam di ujung bilik.
"Sudah berapa lama."
Ah, camilan pedas mungkin lebih menggoda. Sengir wasabi atau saus cabai di keripik ubi. Apalagi malam diinvansi mendung.
"Ku tanya sudah berapa lama sekarang."
Atau acuhkan saja dan pergi diam-diam sebelum semuanya berakhir pelik.
"Jangan mematung, aku ingin balasan."
Rupanya Lalisa memang butuh sebilah senjata tajam. Ah, Lalisa punya banyak di kabinet dapur. Satu set Tigerbarb yang ia beli di event cuci gudang akhir tahun. Tikungan ruang tengah hanya berjarak sedepa saja. Tinggal melangkah dan hilang dari jangkauan si brengsek Kim Seokjin!
"Lalisa ini aku. Jin. Seokjin-mu yang brengsek."
"B*ngsat!"
Si buah hati cukup terlonjak di dekapan. Degub tak santai beradu dengan lalisa yang sudah terpojok di sudut ruang. Alih-alih bersembunyi, Seokjin malah mendekat ikut mengelus jemari kecil si pria mungil miliknya.
-
"Rasanya pasti pedih dan sakit sekali, ya?"
Lalisa bertekuk lutut di atas ubin keras dengan Kim Seokjin yang ikut bersimpuh sembari membelai pucuk kepala si wanita. Sudah cukup bersedu-sedan, menyelingi malam penuh petaka dibawah bohlam 15 watt.
"Sangat."
Lagipula rinai mulai merintik, menubruk genting gerabah sampai timbul gemericik. Petrikor membaur bersamaan isak Lalisa, pula Kim Seokjin yang sempat mendapat pukulan tak seberapa dari telapak kurus si wanita masa lalunya.
"Bagaimana caraku menebus."
Lalisa memejam. Suara Seokjin yang putus asa mencoba mengaburkan jejak dosa dalam kenangan. Tidak semudah itu, Lalisa mengawang gurat wajah Jisoo dan Sean yang berlalu-lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepai | Jinlice | Jinsoo
Fanfic11-10-19 Lalisa ingin lukanya disembuhkan. Sepai : pecah menjadi kecil-kecil dan terserak ke mana-mana. (KBBI)