; 5

350 32 55
                                    

heecheon's pov;

TEET! TEET!

aku dan takumi buru buru menoleh.

siapa itu?

seseorang berkulit putih dengan badan yang cukup besar itu terlihat duduk manis diatas motor antiknya.

"takumi,  ayo ke cafe!"


tung—

tunggu.

takumi tidak pernah bilang sebelumnya kan?

dan,, sejak kapan dia dekat dengan seseorang hingga menjemputnya seperti itu? apa itu pacarnya??

oh, bagus.
sepertinya hanya karena absen sehari saja aku sudah kelewatan banyak hal kemarin.

aku buru buru menoleh kearah takumi. yang kutatap hanya bisa menelan ludah

"pacarmu?" bisikku

takumi buru buru menggeleng

"lalu?"

ia menggeleng kecil sekali lagi
dan kali ini takumi hanya menatapku dengan alis yang keduanya turun kebawah.

seperti mengatakan —aku harus apa—

aku menghela nafas berat.

sudah kuduga,
tak heran semua orang mendekatinya,
karena, entah kenapa sahabatku ini memang terlalu menggemaskan walaupun dia tak melakukan sesuatu sekalipun.

kuhapal betul ini bukan yang pertama kalinya..


"yuk! "




satu hal lagi!

kali ini satu hal lagi yang membuat mataku melebar, menoleh buru-buru.

COWOK ITU MENGGENGGAM TANGAN TAKUMI DAN MENGAITKAN JARI JEMARINYA ERAT DISANA

takumi menatap lelaki itu kaget,
dan tentunya AKU JUGA KAGET.

benar benar seenaknya!

kemudian lelaki itu tanpa pikir panjang menarik takumi naik keatas motornya.
tentu dapat kulihat ekspresi —tolong aku—di wajah takumi.

Aku tidak mencegahnya, membiarkannya berlalu begitu saja meninggalkanku sendiri.

benar benar sembrono!

memegang tangan takumi secara sengaja saja aku tidak pernah!
padahal kami sudah hampir empat tahun saling mengenal!





"oi heecheon! "

tak lama setelah itu seseorang tiba tiba merangkulku dari belakang.

dengan malas aku menoleh.

ah, itu ren.

dengan temannya yang menempel itu tentunya,

shosei.

aku hanya mengangguk menyapa
dan aku pun melanjutkan sisa perjalanan menjadi bertiga.




"dimana takumi?"

sudah—kuduga.

dengan malas aku menunjuk kearah motor orang sembrono tadi itu pergi

"barusaja dibawa pergi"

masih merangkulku, ren kemudian menoleh.

"hah? dengan siapa?"

ah, aku sedang benar benar malas berbicara sekarang.

aku hanya mengangkat bahu tak tahu.

ren terlihat berfikir,  mengerutkan kedua alisnya.




you say that ; renkumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang