1. Kedatangan Danial

21.4K 984 92
                                    

Hai Pembaca Kesayangan,

Sebelumnya aku mau cerita sedikit nih. Aku menulis cerita ini karena terinspirasi dari sebuah novel karya Sandra Brown yang berjudul Bittersweet Raw. Cerita ini bukan versi Indonesia atau terjemahannya. Cerita ini versiku sendiri ya, Reader. Oke, sebelum nge-judge ini itu dan sebagainya, alangkah baiknya reader membaca dulu cerita ini. Kritik dan saran membangun tetap terbuka dan akan diterima dengan senang hati. Sebagai informasi tambahan, versi pertama cerita ini pertama kali terbit di Wattpad pada Oktober 2019 (Cek kolom komentar untuk mengetahui tanggal publish komentar pertama pada cerita ini) dan dibukukan pada tahun 2021.

Selamat membaca

=======

Waktu sudah menunjukkan jam 00.30 ketika Joko, supir setia keluarga Narendra, mengeluarkan sebuah koper berwarna merah besar dari bagasi mobil berjenis hatchback yang baru dikendarainya untuk menjemput seseorang dari bandara. Joko meletakkan koper itu di atas lantai carport yang berlapis batu alam dengan hati-hati. Ia kemudian sedikit membungkuk sambil wajahnya ia dekatkan ke kaca jendela mobil yang terbuka.

"Mas Danial, saya akan membawakan koper Anda ke dalam," tutur Joko dengan sopan kepada pria yang masih duduk di jok penumpang belakang.

Pria bernama Danial itu hanya diam. Pandangannya menjelajahi rumah besar bercat kuning gading dan berdesain neo klasik yang berdiri kokoh di hadapannya dengan pandangan muram. Ia berpikir cukup lama sampai akhirnya ia memutuskan untuk menurunkan kaki menginjak lantai carport rumah tersebut. Lembaran-lembaran kenangan itu kembali diputar otaknya seperti sebuah film. Pria itu dipaksa untuk melihat kembali memori yang sangat ingin ia lupakan. Kenangan pahit yang ingin ia kubur dalam-dalam hingga ia tak bisa lagi menemukannya.

Danial mengatur napasnya yang mulai memburu. Ia harus bersiap-siap menghadapi kenyataan yang menantinya di dalam sana. Semampunya ia akan membutakan mata hati pada semua hal yang akan dan bisa saja menyakiti hati. Danial mengikuti langkah Joko. Ia berjalan dengan tegak dan berusaha untuk tetap tenang. Wajahnya yang memesona hasil perpaduan tiga bangsa: Cina, Jawa, dan Belgia, memancarkan rona gundah. Dan untuk menyembunyikan perasaan gugup, ia mengubur kedua tangan di dalam saku celana jeans birunya.

Danial terus berjalan di belakang Joko melintasi foyer lalu memasuki ruang tengah yang mewah, elegan, dan mengagumkan. Seluruh perabotan terlihat sederhana tapi peletakkannya simetris. Furnitur kayu berwarna gelap, ornamen-ornamen indah khas Bali yang menghiasi dinding, dan lantai marmer berlapis karpet Persia masih terlihat sama seperti tujuh tahun yang lalu. Tidak ada yang berubah dari ruangan itu seperti sebelum Danial meninggalkan rumah dan tinggal San Francisco, Amerika Serikat.

Langkah Danial terhenti saat ekor matanya menangkap sosok yang tidak ingin dilihat, dibenci, tapi sekaligus sangat dirindukannya. Wanita itu terlihat sangat cantik dan anggun. Ia terlihat dewasa dengan pulasan make up natural dan midi dress bermotif bunga yang membalut tubuh rampingnya. Kelip anting-anting cantik yang menghias telinganya membuat wanita itu terlihat sempurna.

"Pak Joko, biar saya saja yang membawa kopernya. Pak Joko bisa meninggalkan saya," pinta Danial.

Joko menghentikan langkahnya lalu berbalik menghadap Danial. "Baik, Mas. Tapi—"

"Tidak apa-apa, Pak," potong Danial meyakinkan Joko.

"Baik, Mas. Kalau begitu saya permisi." Pandangan Joko kemudian beralih pada wanita cantik yang tengah berdiri mematung di samping kursi ruang tamu. "Bu, saya permisi dulu."

Wanita itu mengembangkan senyuman lalu mengangguk mengizinkan. Senyuman di wajah wanita itu membuat hati Danial teriris dan terasa sangat perih. Senyuman yang seharusnya menjadi miliknya, hanya miliknya. Kini, senyuman itu harus dimiliki orang lain yang tak bukan adalah papanya sendiri.

PRASANGKA (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang