4. Serpihan Masa Lalu

9K 851 71
                                    

Happy reading!

======

Ayudia Mustafa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayudia Mustafa


Danial Narendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Danial Narendra

======

Praaanngg!!! Gelas kaca yang masih berisi kopi hitam itu sengaja dibanting penikmatnya. Pria paruh baya itu geram dan marah. Sebuah pengakuan yang baru keluar dari mulut anak gadis yang menjadi kebanggaannya membuat hatinya hancur seketika. Harapan yang menggunung, asa yang melambung, kini menciut, dan terkungkung. Semua cita-citanya musnah. Hanya pedih dan sesal yang tertinggal menggerogoti raga.

"Maafkan Ayu, Pak. Ayu tidak bisa menjaga amanah dari Bapak," ucap Ayu sambil terisak. Mata gadis belia itu terlihat sembap dan memerah.

Pria yang terlihat lebih tua dari usianya itu berdiri. Ia menyimpan satu tangannya di pinggang dan yang lain memijat dahi berkerutnya. "Ayu, Bapak menyimpan banyak harapan. Bapak mau kau jadi seseorang yang bisa Bapak banggakan yang akan membangun dan membawa kemajuan untuk desa ini kelak. Bapak mau kau punya pendidikan tinggi supaya kau jadi orang, Yu. Tidak seperti Bapak yang hanya tahu perahu nelayan dan jala. Setiap malam Bapak melaut, meninggalkan kalian, agar Bapak bisa menyekolahkan kau. Biar kau tidak hidup kayak Bapak dan Ibu. Biar kau tidak bodoh seperti kami. Kau sudah membuat Bapak dan Ibu sangat kecewa, Yu."

Ayu bersimpuh dan memeluk kaki sang Bapak. "Maafkan Ayu, Pak. Ayu terlalu bodoh karena sudah termakan rayuan dia."

"Sudah tiga bulan lamanya pemuda kota itu pergi meninggalkan desa ini. Anak yang kau kandung tidak akan punya ayah, Yu. Kecuali, kau mau menerima tawaran juragan Hendra untuk menjadi istri ketiganya." Nada bicara Bapak terdengar frustrasi.

Ayu kembali terisak. "Ayu tidak mau jadi istri ketiga juragan Hendra, Pak. A Danial janji akan kembali menjemput Ayu di sini."

Bapak murka. Ia mengangkat kaki dan membiarkan Ayu terjengkang. Seorang wanita berusia tak jauh berbeda dengan Bapak datang menangkap tubuh Ayu dan membawa Ayu ke dalam pelukannya. "Sudah, Pak. Jangan paksa Ayu lagi. Kasihan Ayu, Pak. Kita tunggu saja pemuda kota itu."

PRASANGKA (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang