3. Apa Yang Sudah Kulakukan?

10.2K 835 74
                                    

Selamat baca. 

======

======

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

======

Ayu melangkah dengan anggun menyusuri koridor rumah sakit. Ditemani dr. Arsyad, Ayu masuk ke ruang perawatan VVIP Anthony. Ayu melihat pria itu terbaring lemah dengan selang infus di tangan dan nasal kanula di hidungnya. Parameter yang terdapat pada monitor pasien masih memberikan informasi kondisi kesehatan Anthony yang sama dengan hari kemarin.

Ayu duduk di samping Anthony. Jari-jari lentiknya menggenggam tangan pria itu. "Bagaimana keadaan Mas hari ini?"

Pria berusia 57 tahun itu hanya tersenyum. Wajah pucatnya memperlihatkan rona bahagia saat Ayu membelai lembut punggung tangannya.

"Danial. Apa dia sudah kembali?" Suara bas Anthony bergetar dan hampir tak terdengar.

Ayu menelan ludah berusaha mengatur perasaannya yang berkecamuk setiap kali mengingat nama yang disebutkan suaminya. "Dia sudah kembali, Mas. Dia masih beristirahat. Mungkin dia masih lelah setelah perjalanan jauh."

"Aku hanya ingin yang terbaik untuk anak itu, tapi dia sangat keras kepala. Dia tidak pernah mau mendengarkan aku, Yu." Kilat mata Anthony memancarkan keprihatinan yang mendalam.

Ayu kembali membelai tangan pria baya itu. "Mas, Mas Antony sudah berusaha sangat keras untuk itu. Ayu yakin suatu saat nanti dia pasti akan mengerti."

"Tapi umurku tidak akan lama lagi, Yu. Jika dia tetap bersikap seperti sekarang ini, keras kepala dan tidak mau mendengarkan aku, aku pasti akan mati dengan menyimpan banyak penyesalan. Siapa nanti yang akan menjaga kau dan Rachel? Kau tahu alasanku menikah denganmu kan, Yu?"

Ayu mengangguk. Tatapan khawatir bercampur prihatin terpancar dari sorot mata gelapnya. Bagi Ayu, Anthony adalah dewa pelindung dan penyelamat. Pria itu yang telah mengobarkan kembali gairah hidupnya yang hampir padam dan putus asa. "Mas, tidak boleh bicara begitu. Mas harus yakin bisa kembali sehat dan bisa menjaga Ayu serta Rachel."

"Kau tidak perlu memberi harapan palsu padaku, Yu. Aku tahu kanker paru-paru yang menggerogotiku membuat harapan hidupku semakin tipis. Aku mengkhawatirkan nasibmu dan Rachel setelah kepergianku nanti jika Danial masih tidak bisa bersikap lebih dewasa." Suara bas Anthony kembali terdengar bergetar, membuat Ayu trenyuh.

Mata Ayu mulai berair. Wanita itu meletakkan punggung tangan Anthony di pipinya.

"Mas jangan bicara seperti itu lagi. Apa Mas tidak mau menjaga Ayu dan Rachel untuk beberapa tahun lagi sampai Rachel lebih dewasa, Mas? Mas harus semangat. Mas enggak boleh menyerah. Mas selalu memberi semangat saat Ayu kehilangan bayi ...." Ayu menggantung kalimatnya lalu menyeka air mata dengan jemarinya. "Mas juga harus semangat sekarang."

Anthony mengangkat tangannya dari pipi Ayu ke kepala Ayu lalu mengusap lembut rambut wanita itu. "Jangan menangis, Yu. Kamu itu wanita hebat dan kuat. Aku hanya mengkhawatirkanmu dan Rachel."

PRASANGKA (Sudah Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang