He is Mine! [9]

5.5K 464 104
                                    

"Come live in my heart and pay no rent. " -- Unknown

***

Irene menepuk-nepuk pipinya beberapa kali sembari menatap cermin. Kejadian tadi, kejadian dalam ruangan Suho benar-benar membuat hatinya bergetar tidak karuan. Entah, Irene juga tidak tahu kenapa Suho bisa bersikap seperti itu sampai rasanya Irene tidak bisa bergerak sedikitpun menatap manik hitam yang menggambarkan seluruh emosi di sana.

Bola matanya mengerjap dengan tangan memegang sisi wastafel, menatap pantulan dirinya sendiri di cermin. "Apa itu tadi? "

Kepalanya kembali menggeleng cepat setelah menyadari berbagai pikiran yang membuatnya melayang mulai mengepung otaknya. Menyebabkan rona merah kembali terlihat di kedua pipi putih mulus itu.

"Aish! Berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak! "

Lantas tangannya menepuk-nepuk bagian kening yang tertutup poni, "Berhenti memikirkan hal itu. Kau tahu dia hanya membayangkan gadis pujaannya. Jadi jangan terlalu percaya diri, Bae Irene! "

Setelah selesai dengan kegiatannya itu, Irene kembali mengambil nafas sebelum keluar. Jujur saja, pekerjaannya masih menumpuk tapi Irene justru berdiam di toilet hanya untuk meredakan detak jantungnya akibat perlakuan Suho tadi.

Suho.. pria itu terlihat ingin menciumnya dan beruntung Irene cepat-cepat menghindar.

Bukan, bukan apa-apa. Sebenarnya Irene mau saja menerima perlakuan Suho tadi. Tapi karena sekelebat ingatan mengenai Naeun dan perasaan Suho pada gadis itu yang terlalu kentara benar-benar seperti menghasut pemikirannya. Membuat Irene kembali berpikir dua kali untuk menerima hal itu.

Irene tidak mau gegabah. Tidak sebelum Suho benar-benar melupakan gadis itu.

Kakinya kembali melangkah untuk keluar dari sana dengan tangan bertaut. Kembali ke meja kerjanya itu juga berarti kembali berdekatan dengan Suho, dan hal tersebut mampu menyebabkan rasa gugup juga malu menghantui hatinya.

Irene kembali merapikan rambut hitam panjangnya yang sedikit terselip di blousenya dengan menunduk sembari terus berjalan. Memang jarak toilet ke mejanya tidak jauh, bahkan akan terlihat setelah Irene keluar dari dalam toilet.

"Joohyun eonni? "

Suara kecil yang nyaring itu berhasil membuat Irene menoleh dengan cepat. Dan manik matanya mendapati Kim Yerim tengah tersenyum manis di sana, tepat di depan lift dengan menenteng beberapa paperbag. Dapat Irene tebak adik Kim Suho itu akan mengunjungi kakaknya.

Senyum Irene mengembang bersamaan dengan langkah cepatnya menuju gadis yang terpaut 8 tahun dari usianya itu. Masih hangat dalam ingatannya bagaimana adik Suho itu menyambutnya ketika pertemuan pertama mereka. Sangat menyenangkan dan menggemaskan.

Irene meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya, "Sttt. Jangan panggil aku dengan nama itu kalau di sini, Yerim. "

"Kenapa eon? "

"Oppamu mengenalku dengan nama Irene. " Bola mata Irene beralih menatap pintu besar tepat di ujung ruangan, "Aku melamar di sini dengan menggunakan nama itu. Jadi panggil aku Irene saja. Kau mengerti? "

My Arrogant CEO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang