Between Him & Her [11]

4.9K 479 84
                                    

[Mr. CEO & Ms. Secretary]

"Life isn't about waiting for the storm to pass. It's about learning to dance in the rain. " -- Vivien Greene

***

"Aish! Bae Irene kau kenapa sih!! "

Sudah ke sekian kalinya Irene merutuk di pantry sembari melanjutkan aktifitas memasaknya. Merutuki ketidakberdayaannya untuk menolak perlakuan Suho tadi siang, dan sekarang hanya rasa menyesal dan kesal yang terus menggebu-gebu di hati Irene. Mereka tidak seharusnya melakukan hal seperti itu, tidak sebelum Irene benar-benar memastikan perasaan Suho.

Banyak pemikiran yang bertebaran di otaknya. Seharusnya Irene bisa bertindak lebih tegas lagi untuk menolak Suho tadi. Tapi saat pria itu sudah benar-benar melancarkan aksinya justru Irene malah bersikap pasrah dan terbawa oleh suasana yang jujur sangat mendukung mereka.

Irene mengerucutkan bibirnya kesal sembari memasukkan daging yang sudah dimarinasi sebelumnya ke dalam teflon panas. Dia akan memasak Bulgogi hari ini, untuk dirinya sendiri dan juga sang ayah tentunya. Tadi saat Suho meminta makan Irene lebih memilih untuk membeli segelas bubble tea saja, karena pikirannya terus tertuju pada sang ayah yang Irene yakin belum mengisi perutnya di rumah.

Mereka memang memiliki asisten rumah tangga, tapi hanya untuk mencuci dan menggosok pakaian yang ayahnya kenakan. Sedangkan untuk pakaian dan seluruh perlengkapannya, Irene lebih memilih untuk mengerjakannya sendiri. Bukan apa-apa, hanya saja Irene tidak ingin dirinya bergantung dengan asisten rumah tangga, sangat tidak ingin.

Bibirnya kembali berdecak kesal. Sungguh, sekarang kalau ditanya apakah dia senang setelah kejadian tadi siang? Ya. Sebenarnya Irene senang. Tapi jauh dari itu lebih banyak perasaan menyesalnya.

"Harusnya kau mendorongnya saja atau mungkin menendang kelaminnya itu, Bae Irene! Aish! "

"Kenapa kau jadi lemah seperti ini. " gerutunya terus-menerus

Pikirannya terus berkelana. Kalau dipikir-pikir, sikap Suho tadi siang setelah dirinya terbangun dari tidur sangat berbeda. Kim Suho sangat bersikap lembut padanya, terlebih setelah Irene terbangun dari tidurnya.

Irene memiringkan kepalanya, matanya memandang dengan tatapan menerawang, "Tapi kenapa sikapnya terlihat berbeda tadi, ya? "

Sebenarnya ada apa dengan pria itu? Apa kepalanya sempat terbentur oleh benda keras sampai pria itu bersikap sangat berbeda hari ini? Atau mungkin otaknya sempat tersambar petir sebelum pria itu sampai kantor?

Pikiran macam apa itu, Irene?

Irene kembali menggelengkan kepalanya cepat. Tidak mungkin seperti itu, cuaca tadi pagi sangat cerah, dan hal semacam petir tidak mungkin akan terjadi.

"Joohyun? Masak apa kau, nak? "

Irene sedikit tersentak ketika mendengar suara bass ayahnya menyapa telinga. Tubuh mungilnya segera berbalik dan mendapati ayahnya tengah berjalan cepat ke arahnya. "Ah, ini aku sedang membuat Bulgogi, dad. "

"Kau pasti sudah la- "

"Astaga, Joohyun. Lihatlah dagingnya! Itu sudah terlalu menghitam. " seru Junseok sembari mematikan api

Sementara Irene mengalihkan pandangannya kembali ke arah teflon dengan tatapan terkejut dan sedikit kosong. Dan benar, dagingnya memang sudah sangat menghitam, gosong dan bau menyengat kini merasuki hidungnya. Irene tetap diam tak bergeming di tengah wajah cemberutnya ketika mengetahui itu semua.

My Arrogant CEO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang