A Little More [10]

4.7K 503 114
                                    

 “What is the hardest in the world? But also the most beautiful. It is love.” -- Unknown

***

Fyi, saat bikin part ini otak aku lagi konslet. Jadi harap maklum ;)

***

Irene meletakkan tasnya di atas meja, kemudian beralih untuk menyalakan PC komputernya setelah mengeluarkan agenda. Matanya kembali beralih untuk melihat catatan jadwal Suho, terhitung sudah 4 hari pria itu tidak masuk. Sakit yang Suho alami memang tidak main-main, bahkan ketika Irene menjenguknya terakhir kali tubuhnya pun masih terasa panas.

Ada banyak jadwal yang harus dimundurkan dan seketika Irene kembali menghembuskan nafasnya. Itu artinya Suho harus menghadiri banyak pertemuan setelah pria itu masuk dan sembuh dari penyakitnya.

Sekarang pukul 08.30 KST, masih ada setengah jam lagi sebelum para karyawan benar-benar menjalankan aktifitasnya. Karyawan yang berlalu lalang sembari menyapanya pun sudah banyak sedari tadi. Irene menopang dagu menggunakan tangannya, kemudian memainkan kursor komputer untuk mengecek email perusahaan.

Semua sudah beres, belum ada email masuk lagi ataupun pemberitahuan lain. Sungguh, Irene merasa bosan sekarang.

Matanya beralih ke arah ruangan Suho, lebih tepatnya pada jendela transparan di sana. Biasanya jam segini Suho sudah ada di dalam, duduk diam dengan pandangan ke macbook atau berkas kesayangannya. Dan Irene memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memandangi Suho diam-diam.

Untuk sekarang, jujur, 4 hari tidak melihat aktifitas Suho dan bertemu dengannya di kantor membuat Irene sedikit merindukan pria itu.

"Kenapa bosan sekali sih. " gumamnya sembari merapikan rambut yang terlihat sedikit berantakan

"Apa aku telfon Suho saja? "

Irene berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepala beberapa kali setelah sebuah pemikiran melintas di otaknya.

"Tidak tidak. Dia sedang istirahat, jadi lebih baik tahan keinginanmu itu, Irene. "

"Tapi aku merindukannya.. "

Dan sepersekian detik kemudian seakan ada yang menyadarkannya. Irene menepuk bibirnya pelan sembari menengok ke kanan dan kiri, takut kalau ada karyawan lain yang mendengar ucapannya. Tapi beruntung tidak ada satupun karyawan yang terlihat di matanya, jadi Irene dapat bernafas lega.

Ketukan sepatu terdengar tidak jauh dari mejanya, membuat Irene menoleh ke arah ketukan tersebut. Park Chanyeol, si pemilik ketukan sepatu tertangkap matanya tengah berjalan dengan beberapa kertas di tangannya.

Irene menaikkan kedua alisnya begitu Chanyeol berdiri di hadapannya dengan raut kurang bersahabat.

"Kenapa? Wajahmu terlihat tidak baik. "

Chanyeol mencondongkan tubuhnya di meja Irene dengan kedua tangan menempel di sisi meja, kemudian menyerahkan kertas-kertas yang dia bawa pada Irene, "Kau lihat itu. "

"Ini.. bukankah ini design yang waktu itu aku berikan pada Sungjae? " Mata tajamnya meneliti kertas design yang Chanyeol berikan tadi

"Kau benar. Tapi coba kau lihat, design ini sudah dipakai oleh proyek kita di Gangnam kemarin. " tunjuk Chanyeol, "Dan ku rasa ini bukan suatu hal yang baik, Irene. "

"Memangnya kenapa? "

Mata Chanyeol membola menatap Irene yang masih diliputi dengan kebingungannya, "Kau tidak tahu? Sungguh? "

My Arrogant CEO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang