b

13K 1.1K 95
                                    

Tendangan penalti menghantarkan bola cepat membentur tiang dan kembali mengenai sepatu hingga menabrak jaring putih.

"Gol!!"

Seisi indoor stadium kompak memuntahkan sorakan gembira ketika pemain nomor lima bernama punggung 'Langit CD' mencetak gol. Dan otomatis membuat papan skor berubah kedudukan menjadi 54-0.

Telak? Of course!
Gawangnya saja kosong tanpa kiper.

Bahkan seisi indoor stadium yang terdiri dari tiga orang pemuda berteriak dengan terpaksa.

"Gol! Hebat banget lo, Cak!"

"Tendangan skill dewa!"

"Bau-baunya bakalan dapet balon d'or nih, gantiin posisi CR7!"

Cowok berambut pirang hasil cat merk ternama, kerap dipanggil Cakra itu berjalan mendekati ketiga sahabatnya. Deretan giginya terlihat berkilau ketika dia menampilkan senyum kotak.

"Nih!"
Jeno, si cowok berkening sedikit maju ke depan alias 'jenong', melemparkan botol air mineral.

Menangkap dengan santai, Cakra mendudukan diri di antara Bondan dan Prakoso. Ia menenggak air mineral hingga tersisa setengah, lalu menyiramkannya ke kepala hingga membuat rambutnya menjadi basah.

"Nanti malem, malem minggu. Cabut klub kuy!" ajak Bondan, cowok berambut jabrik yang memiliki ciri khas tindikan di telinga dan bibir, juga tato serigala di lengan kiri.

"Boleh tuh! Daripada di rumah, makan omelan dari mamak mulu." Jeno ikut berantusias.

Berbeda dengan Jeno, Prakoso mengernyitkan dahi. Matanya menatap Jeno penuh rasa ingin tahu, "Memangnya omelan bisa dimakan, Jeno? Rasanya gimana?"

Perkataan polos Prakoso langsung ditanggapi dengan delikan mata dari Jeno dan Bondan. Sedangkan Cakra tanpa perlu mendelik, langsung menyemprot "Kalau goblok itu jangan terlalu natural, Perkosa."

Alis Prakoso sontak mencuram ditambah ekspresinya yang berubah menjadi emosi, "Namaku Prakoso, Pra-ko-so! Bukan Perkosa!"

"Maklum, Cakra kan pangeran typo." ujar Jeno sebelum mendudukan diri di sebelah Bondan.

"Iya, bener kata Jenong. Cakra kan suka typo. Bon-bon juga setuju kok!" Cakra nyengir tak berdosa.

Dan ketiga teman Cakra kompak mengacungkan jari tengah. Kalau dibikin film mungkin akan keluar musik Dasar lo anjay! Maemunah maemunah 🎶

"Tapi Cakra nggak mau pergi nanti malem, Cakra kan nggak jones kayak kalian." ucap Cakra yang mengambil ponselnya dan tampak mengetik sesuatu.

"Lo punya pacar?!"

Cakra melirik malas ketiga sahabatnya yang berteriak heboh. Cowok itu lanjut mengetikkan sesuatu di ponselnya, raut wajahnya terlihat serius.

"Wah, bayi kita sepertinya sudah besar ya!"

"Njing, bisa-bisanya gue disalip sama bayi!"

"Prakoso nggak nyangka ternyata Cakra udah engga polos lagi."

Kali ini Cakra menoleh dan bibirnya tampak maju ke depan, merasa sebal dengan ocehan ketiga makhluk di sampingnya. "Bukan pacar, tapi calon istri, calon ibu dari anak-anak Cakra nanti."

Dan ketiga sahabat Cakra kontan membuat ekspresi ingin muntah, dimana sama sekali tidak dipedulikan oleh cowok itu. Memangnya apa salah Cakra? Clara kan memang calon ibu untuk anak-anak Cakra kelak.

Memasukkan ponsel ke saku celana, Cakra beranjak dari duduknya. "Cakra mau main ke rumah istri Cakra, mau ikut?"

Tapi belum sempat ketiga sahabatnya menjawab, Cakra sudah terlebih dahulu berkata "Tapi nggak usah aja deh, kalian itu kan buluk, nanti istri Cakra pingsan lagi."

My Childish My PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang