Oh, Cakra

10.9K 957 148
                                    

Hari ini 17 april, tepat hari pemilihan calon presiden dan wakil presiden, juga dewan legislatif digelar. Seluruh warga Indonesia serentak memberikan suara mereka baik tua maupun muda yang umurnya sudah mencukupi. Diluar dugaan, sekolah dan tempat kerja tidak diliburkan-melainkan harus izin terlebih dahulu lalu pergi memilih dan kemudian kembali lagi ke sekolah atau tempat kerja.

"Gimana sih ini pemerintah, kagak tau apa bolak-balik itu juga ngabisin bensin!"

Clara hanya diam mendengarkan keluhan dari Mitha, teman semejanya. Ia tidak berkeinginan untuk berbicara karena dirinya sendiri sedang menahan rasa kesal. Kenapa? Tanyakan saja pada pengendara motor Trail yang sedari tadi menguntit di belakang!

"Lo punya hubungan apa sama si Cakra? Perasaan pacar bukan, tapi dia nempel mulu sama lo!" tanya Mitha setelah melirik sekilas kaca spion.

Clara mengerang, bukan erangan sakit apalagi nafsu. "Dia bukan siapa-siapa gue elah. Abangnya dia itu sahabatnya Bang Zaki, dan nggak tahu deh kenapa dia ngintilin gue mulu."

"Mungkin suka sama lo!"

"Dih, kagak mungkin lah."

Clara membantah, walaupun sebenarnya ia juga sempat berpikir demikian. Tapi ia tidak ingin terlalu percaya diri, soalnya kalau jatuh nanti sakit. Mengingat Cakra yang sempurna dari segi fisik dan materi serta akademik, membuatnya merasa minder. Lagipula ia juga kurang suka dengan sifat kekanakan cowok itu.

"Habis ini gue nggak masuk ke kelas, mau ngisi perut dulu di kantin. Jadi nanti lo duluan aja!"

Perkataan Clara hanya ditanggapi dengan jempol dari Mitha yang mengisyaratkan kata 'oke'.

Selama kurang lebih lima belas menit kemudian, Clara dan Mitha akhirnya sampai di sekolah mereka yang tidak lain adalah SMA Bakti Sentosa. Di sekolah ini, sudah disediakan tempat parkir khusus murid yang terletak bersebelahan dengan sekolah. Alhasil membuat murid-murid harus jalan kaki terlebih dahulu untuk menuju sekolah.

"Ayo buruan!"

Baru saja sampai di parkiran, Clara langsung menyeret Mitha dengan terburu-buru. Dia takut Cakra akan menyusul lalu kemudian mengganggunya.

"Eh, santai woy!"
Diseret-seret, tentu saja Mitha merasa tidak nyaman dan juga kesal.

Tepat ketika mereka berdua keluar dari gerbang parkir, Cakra baru saja datang dan Clara bisa mendengar cowok itu berteriak memanggilnya-ya walaupun kurang jelas akibat teredam oleh helm fullface.

"Buset, gue duluan Mith!"

Akhirnya Clara melepas lengan Mitha dan langsung berlari secepat mungkin. Cewek itu berlari seolah di kejar setan. Eh tapi dia kan memang sedang dikejar setan, setan childish!

"Semoga Cakra nggak bisa nemuin gue!" ucap Clara sembari mendudukkan diri di kursi kantin. Ia menyambar botol mineral di atas meja lalu meminumnya. Duh, gara-gara Cakra ia harus berlari-lari seperti tadi.

"Clara!"

Wtf!

Hingga suara itu terdengar, Clara spontan mengumpat dalam hati. Dewi Fortuna sepertinya enggan berdekatan dengannya. Ck, damn it!

"Clara kok ninggalin Cakra sih? Kan tadi udah Cakra panggil!"

Sang pemilik suara tampak mengeluh lalu beralih duduk di samping Clara. Dan Clara yang awalnya hanya melirik cowok itu sekilas, kini berubah memelototinya.

"Kenapa lo masih pake helm, njir?!"

Dan ya, sekarang Cakra memang masih memakai helm-bedanya kini kacanya terbuka sehingga menampilkan wajahnya yang cemberut. Tapi tetap saja, memakai helm ke kantin!

My Childish My PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang