Insiden

8.5K 762 138
                                    

Petang baru saja tiba, kota Palangkaraya mulai ramai akan manusia yang dominan baru pulang dari kerja. Setidaknya itulah yang dilihat Clara selepas keluar dari komplek rumahnya.

Sore ini Clara berencana pergi ke supermarket. Bahan-bahan untuk masak dan juga isi kulkas sudah mulai menipis, harus segera diisi supaya tidak kehabisan. Soalnya Clara saat malam hari sering terbangun karena perutnya yang berbunyi, tidak lucu jika tidak ada pengganjal perut pada saat itu.

"Udah sore, masih aja panas." Clara bergumam setelah turun dari mobilnya. Dia menoleh ke dalam mobil, "Pak Dirman, bapak pulang duluan aja. Nanti aku kabari kalo udah selesai, soalnya aku belanjanya lama."

Setelah mendapat jempolan dari sang sopir, Clara segera melenggang masuk ke dalam supermarket.

"Selamat datang di Betamart." Kasir supermarket langsung memberi sambutan ramah, yang dibalas dengan senyuman tipis dari Clara.

Setelah itu, Clara dengan cepat mencari barang yang sudah dia tulis di selembar kertas. Kalau tidak ditulis, nanti dia lupa.

"Daging mana daging?"

Clara menjulurkan kepalanya mencari daging sapi dan mengambilnya ketika sudah menemukan. Begitu seterusnya sampai akhirnya dia mencoret semua bahan mentah yang sudah dia dapat.

"Eh, ada bininya Cakra."

Suara serak-serak basah milik Bondan terdengar tepat di samping telinga Clara. Membuat cewek itu spontan menjauh dan memukul lengan Bondan.
Kemunculan cowok itu yang terlalu tiba-tiba hampir membuat Clara jantungan di tempat.

"Ngagetin gue aja lo!" ujar Clara kesal. Dia tidak takut memarahi Bondan yang penampilannya bak seorang preman itu. Bondan kan sahabatnya Cakra, jadi Clara tidak takut jika cowok itu akan menyakitinya.

"Abis serius amat belanjanya, mending ke hotel bareng gua. Kita mantap-mantap asoy!"

Mata Clara langsung membulat ketika mendengar ucapan Bondan yang tidak pernah disaring. Damn, cowok ini!

"Mati aja lo sana!" teriak Clara sembari meninju bahu Bondan. Selain Cakra, dia paling kesal jika harus bertemu dengan cowok berandalan ini. Sifat dan gayanya yang urakan itulah penyebabnya. Untung saja Bondan tidak sekolah, kalau seandainya dia sekolah dan bersekolah di tempatnya, hancur sudah hari-hari Clara.

"Woleslah, cuk. Galak amat, nggak dinafkahin sama Cakra yak?" tanya Bondan basa-basi.

Clara mendengus. Dia? Jadi istrinya Cakra? Hahahahaha.. Big no!

"Ngapain lo kesini? Belanja juga kagak." ujar Clara mengalihkan topik pembicaraan. Dia berujar demikian juga karena melihat Bondan tidak membawa apa-apa.

"Yang bilang gua kesini belanja siapa?" tanya Bondan balik. "Udah ah, gue mau lanjut nyopet. Bye!"

Clara hanya menggelengkan kepalanya dengan mata tak beralih dari Bondan yang melenggang pergi. Dia tahu kalau ucapan Bondan barusan hanyalah candaan belaka. Walaupun berandalan, tetapi dia tidak mencopet.

Tersadar akan belanjaannya yang masih kurang, Clara segera melupakan Bondan dan lanjut mencari kebutuhannya yang lain. Kebutuhan yang tidak bukan adalah merica bubuk dan sejenisnya. Clara itu suka yang instan-instan, biar masaknya juga tidak ribet.

"Aduh, mana nih merica bubuk."
Dahi Clara mengernyit dengan mata terfokus mencari deretan bumbu dapur. Dia terus bergerak ke samping sampai-sampai menabrak orang di sebelahnya.

"Ah, maaf sa—"

Lirikan mata setajam elang langsung membuat ucapan Clara terhenti. Ekspresi wajah sedingin es yang tidak disukai Clara otomatis membuat cewek itu menggigil di tempat.

My Childish My PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang