Rumah Cakra

6.9K 719 188
                                    

Deru suara motor trail terdengar memekakan telinga dan suaranya memenuhi pekarangan rumah besar bergaya eropa. Sang pengendara yang tidak lain adalah Cakra turun dari motornya setelah berhenti di depan garasi. Bedanya, dia tidak turun sendiri, melainkan bersama dengan Clara yang terpaksa ikut cowok itu pulang.

Kalau bukan karena buku-buku PR miliknya di rumah Cakra, Clara tidak akan mau ikut cowok itu pulang. Selama ini PR Clara memang selalu dikerjakan oleh Cakra, cowok itu sendiri yang menawari. Clara sih oke-oke saja.

"Pokoknya abis ngambil buku, gue langsung balik." ujar Clara sembari merapikan rambutnya yang sedikit berantakan.

Dahi Cakra berkerut, tapi tidak merespon perkataan Clara. Sebaliknya, dia malah memegang tangan Clara lalu menggandengnya. "Ayo masuk, Clara."

Pintu besar dari kayu jati terbuka lebar ketika Cakra membuka knop pintu. Dia dan Clara melenggang masuk ke dalam rumah yang sepi.

"Cakra pulang!"
Sudah menjadi kebiasaan Cakra saat tiba di rumah, dia akan mengatakan hal itu.

Suara Cakra tadi mendapat tanggapan dari seorang wanita paruh baya. Wanita yang familier di mata Clara karena dia merupakan mama kandung Cakra. Wanita dengan wajah penuh tipuan, terlalu awet muda!

"Sudah pulang, nak? Eh, ada Clara juga." Mama Cakra tersenyum lebar. Celemek yang dikenakan wanita itu membuat Clara bisa tahu kalau beliau baru saja memasak.

Mama Clara menghampiri Clara lalu memeluknya. Cakra yang berada di sebelah mereka, reflek mengernyit tak suka.

"Mama bau daging, ih. Jangan peluk Clara!" Tangan Cakra bergerak memisahkan pelukan mereka.

Yang kontan mendapat pelototan dari Clara dan juga cubitan di pipi dari Mama Cakra. "Mama balikin ke perut baru tau rasa kamu!"

"Ayo Clara duduk."
Mama Cakra menarik Clara agar duduk di sofa ruang tamu dengan Cakra yang mengekor di belakang.

"Temenin Claranya! Mama mau nerusin masak dulu." ucap Mama Cakra kepada anak bungsunya. Lalu kemudian menoleh pada Clara. "Maaf ya, tante nggak bisa nemenin."

"Santai aja, tante. Kan masih ada Cakra." jawab Clara sembari mengulas senyum tipis. Dan langsung luntur ketika Mama Cakra sudah berjalan kembali ke dapur. Menyisakan Clara dan Cakra yang duduk sejajar.

"Clara mah gitu. Sama orang lain senyum-senyum mulu, tapi kalo sama Cakra nggak pernah senyum." Cakra mengernyit sedih.

Tapi hal itu tak memengaruhi Clara. Cewek itu menjawab jutek, "Suka-suka gue lah. Memangnya lo itu siapa berani ngatur-ngatur gue?"

Terdiam. Dahi Cakra tampak berkerut memikirkan sesuatu. "Ah, iya. Cakra kan bukan siapa-siapanya Clara."

Awalnya gumaman Cakra itu membuat Clara menghela napas lega, namun semua itu sekejap berubah saat cowok itu tiba-tiba mencondongkan wajahnya mendekat. Dengan mata penuh binar harapan, dia berkata dengan semangat.

"Kalo begitu Clara jadi tunangan Cakra aja! Jadi kita ada hubungan apa-apa."

Mata Clara membulat kaget. What? Tunangan? Pacaran saja ia tidak mau! Dewi batin Clara memprotes keras.

"Tunangan apa?"

Bariton suara kalem terdengar bersamaan dengan seorang laki-laki yang turun dari tangga. Kehadirannya membuat Cakra berdecak kesal dan Clara tersenyum cerah.

"Ish, Bang Galah ganggu!"

Dealova Galatandi adalah abang sekaligus saudara satu-satunya Cakra. Dia sahabat sekaligus teman sekampus abangnya Clara. Biasa dipanggil Bang Galah karena tingginya yang mencapai 189 meter. Selain karena tinggi, dia juga dipanggil demikian karena sifatnya yang ~Tut Tut Tut~

My Childish My PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang