"Jangan diulangin lagi!"
Clara mendelik memperingati Cakra yang tangannya sudah diperban oleh perawat. Dia mengucap terima kasih kepada perawat yang merawat Cakra sebelum akhirnya wanita tersebut pergi.
"Iya, Clara!" Tapi Cakra nggak janji.
Itu semua tergantung Clara. Kalau dia baik-baik saja, maka Cakra juga akan baik-baik saja.
"Gimana jarimu, Clara? Masih sakit?" tanya Cakra yang sudah kembali telungkup. Luka cowok itu kembali terbuka, alhasil dia terkena omel oleh perawat.
Geez! Mengapa bocah ini masih bertanya keadaan Clara, sih? Apa dia tidak melihat keadaan dirinya sendiri seperti apa?
"Gue nggak apa-apa." Clara menarik selimut sampai ke leher Cakra, lalu mengacak gemas rambut cowok itu. "Sekarang lo istirahat aja, tidur!"
Cakra menggigit bibir bawahnya, merasa sangat senang sampai dia tidak dapat berkata-kata. Clara berubah menjadi peduli dan juga lembut. Cakra sampai ingin menangis karena terlampau bahagia. Kalau misalnya ini hanya mimpi, Cakra tidak ingin bangun selamanya!
"Malah ngelamun." Tangan Clara bergerak menutup mata Cakra. Memaksa cowok itu untuk segera tidur. "Tidur, gih!"
"Nggak mau!" Cakra memegang tangan Clara yang menutupi penglihatannya. "Kalo Cakra tidur, Clara pasti pulang. Jadi Cakra sendirian di sini. Ntar kalo Cakra dihantui sama setan rumah sakit, gimana?"
"Gampang, ntar aku teleponin kyai buat ngusir semua setan di sini."
Ada-ada saja alasan Cakra ini. Di sore hari seperti ini, ada setan? Tapi Clara mengiyakan saja.
"Lo tidur, gue mau mandi." Selalu pulang malam setelah mengunjungi Cakra, membuat Clara harus selalu membawa pakaian di dalam tasnya untuk ganti baju.
Clara menarik tangannya dari genggaman Cakra, lalu segera beranjak mengambil tas miliknya yang ternyata jatuh tergeletak di lantai.
Di ruangan Cakra dirawat, terdapat fasilitas kamar mandi. Hal itu membuat Clara tidak perlu pusing memikirkan akan mandi di mana.
"Tidur, loh!" peringat Clara yang sudah masuk ke dalam kamar mandi. "Kalo gue selesai mandi, lo belum tidur, awas aja!"
Diancam oleh Clara, Cakra malah terkekeh geli menatap pintu kamar mandi yang sudah tertutup. "Clara lucu, ih. Cakra gemes!"
Bibir Cakra tidak henti-hentinya tersenyum malu-malu ketika mengingat dirinya dan Clara sudah resmi pacaran. Keinginannya sedari dulu, akhirnya terwujud. Cakra senang sekali!
Tapi Cakra teringat sesuatu, bukannya selepas sekolah, Clara langsung pergi menemuinya?
"Pasti Clara belum makan." gumam Cakra. Dia melihat ke sekitar dan mendapati ponsel miliknya sangat jauh dari jangkauan.
Cakra mengernyit sedih, bertepatan dengan pintu yang tiba-tiba terbuka. Menampilkan ketiga teman Cakra yang melenggang masuk. Jeno dan Prakoso yang masih memakai seragam sekolah, dan juga Bondan yang memakai kaos oblong.
Melihatnya, mata Cakra langsung berbinar seketika. Dia langsung berteriak, "Beliin soto sama bubur ayam!!"
Prakoso mendelik, "Baru aja nyampe. Masa' harus keluar lagi? Prakoso capek tahu."
"Yoi. Gua mah, ogah!" timpal Bondan lalu menggigit apel yang baru dia ambil.
Mendengarnya, Cakra merengut. Teman macam apa mereka ini!
Akhirnya Cakra beralih menatap Jeno, harapan terakhirnya. "Jenong, Jenong kan baik. Paling sayang sama Cakra. Beliin Cakra soto sama bubur ayam dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish My Psycho
Teen FictionJikalau Clara adalah sosok Tinker Bell dalam seri Lost Treasure, maka ia akan sangat berbahagia. Mempunyai cermin ajaib dengan satu permintaan, ia tanpa berpikir dua kali akan langsung meminta agar dijauhkan dari sosok bernama Cakra. Menurut Clara...