Part 3: Man of Surprises

3.6K 178 149
                                    

Trabble 300 kata (hanya isi cerita)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Trabble 300 kata (hanya isi cerita)

Sekelompok burung terbang kian tinggi, menembus awan lalu menghilang. Sinar keemasan di batas cakrawala meninggalkan bayang-bayang lembut dan romantis di langit. Laut megah dengan ombak terlihat sehalus kapas tampak bergulung ke pesisir pantai. Angin berembus keras mengibaskan untaian rambut hingga ke dahiku. Namun aku tidak peduli, sebab pandanganku menyapu sekeliling pantai dengan rasa lega dan bahagia.

Beberapa tamu sudah meninggalkan area ini sejak setengah jam yang lalu. Kemudian netraku jatuh pada sosok lelaki yang hari ini resmi menyandang status sebagai suamiku. Ia tengah berbincang santai dengan Bang Saga --kakak sepupuku.

Kehadiran Roman Danadyaksa adalah sebuah penyempurna kebahagiaan di hidupku. Aku biasa menyebut Roman sebagai man of surprises. Banyak sekali kejutan anti mainstream yang sering ia berikan kepadaku.

Mulai dari pernyataan cintanya di warung nasi goreng, kemudian berlanjut mengajakku kencan dengan berkeliling ke museum di Kota Tua Jakarta. Melamarku di Stasiun Manggarai yang disaksikan seluruh anggota keluarganya. Dan terakhir, resepsi pernikahan dengan tema piknik di Segarra Ancol. Hal ini bahkan tidak pernah terpikirkan sedikit pun olehku. Hingga membuat WO harus berpikir keras, guna menyingkirkan kursi-kursi pantai demi menggantinya dengan karpet atau tikar berwarna-warni.

"Lagi mikirin apa?" tanya Roman seraya memelukku dari belakang.

Aku tersenyum lalu meraih jemarinya yang berada di atas perutku. "Kamu," kataku dengan senyum merekah.

"Cie yang udah jadi istri," ledeknya sembari menjawil hidungku, hal yang selalu ia lakukan. "So, Qanshana Candragitha, are you happy?"

"Tentu, thank you for everything, Roman." Dagunya bergerak-gerak di atas bahuku.

"Besok lihat sunrise, yuk!" ajaknya.

"Cuma sunrise?"

"I want to see every sunrise and sunset with you."

"Sampai kapan?"

"Sepanjang hidupku." Roman mengeratkan pelukannya dengan pandangan lurus ke arah pantai.

Roman boleh saja lebih muda lima tahun dariku, tapi isi kepalanya terkadang bisa mengimbangi jalan pikiranku. Nyatanya, di usianya yang masih seperempat abad, ia bisa bersikap lebih dewasa dariku.

Salam Romansa ☺️
01 November 2019

Jejak Kisah (RAWS Festival)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang