3-Di antar-

60 24 43
                                    


Tentang rasa yang membingukan, dan tentang kamu yang seperti soal essay

-Nada sestila-

.

"Gue punya tebak-tebakan, mau dengar?"

Nada melihat ke belakang, lalu kembali melihat ke depan, lebih tepatnya ke orang yang tiba-tiba menghampirinya itu, "Kakak ngomong sama gue?"

gadis itu menunjjuk dirinya sendiri.

Dimas, orang itu menganggu mantap "emang lo kira gue ngomong sama siapa, gimana mau ngak dengar tebak-tebakan dari gue?"

Nada menganggu ragu.

"Pagi-pagi aku muncul dua kali, siang hari aku muncul satu kali, malam hari aku tidak muncul sama sekali, aku hidup di pinggir api dan di tengah-tengah air. Apakah aku?" 

Nada berkedip dua kali mendegar tebak-tebakan kakak kelasnya ini, lalu Nada langsung mengeleng di tempat sambil melihat reaksi kakak kelas yang terkenal 'aneh' di sekolah.

"Masak ngak tau sih, gue kasih 5 menit untuk lo jawab" Dimas mulai melihat jam tanganya untuk melihat waktu "Sekarang"

Nada melirik sekilas jam tanganya "Gue ngak tau kak, emang apa jawabanya?"

Dimas berdecak kecil di tempatnya "Aduh masak gitu aja ngak tau, padahal jawabanya ada di soal pikir dulu baik-baik masih ada waktu tersisa dari 5 menit yang gue kasih"

Sekali lagi Nada melihat ke arah jam tanganya "Kak, gue mau pulang nih, lainkali gue jawab deh kalau tau"

Dimas melirik Nada sekilas "Emang lo mau ke mana?"

"Anak orang mau pulang Dim"

Nada dan Dimas menoleh ke orang yang baru bicara, Nada bingung harus bereaksi seperti apa sekarang, bukan karna orang yang bicara itu tapi yang datang bersamanya.

"Udah pulang aja Nad, Risa udah nunggu lo di parkiran" Awan kembali bicara, lalu menatap Dimas "Lo lagi, anak orang mau pulang malah di kasih tebak-tebakan"

"Kakak ngak jdi pulang sama Risa?" Nada melirik sedikit ke orang yang di sebelah Awan

"Risa bilang lo ngak ada teman pulang" Awan melirik temanya, Arga.

Nada menghelas napas kecil "Padahal tadi udah di bilang ngak usah, kakak pulang sama Risa aja, biar nanti gue pulang sendiri aja kak" Nada merasa tak enak

"Sama gue"

Semua orang yang berada di situ menoleh ke arah Arga, orang yang sendari tadi diam saja dan  baru bersuara sudah membuat bingung mereka semua.

"Jangan irit banget dah ngomong lo Ga" Dimas langsung bicara, saat dia tak mengerti dengan omongan temanya itu.

Arga langsung berjalan ke arah pintu gerbang, lalu berbalik sebentar untuk melihat orang yang dia tunggu "Cepat, nanti gue tinggal"

"Pangeran lo nunggu" Dimas mendorong bahu Nada pelan agar dia segera berjalan.

Jangan tanya keadaan Nada sekarang, dia bingung sangat bingung, maksudnya apa coba?, dia menghadap ke belakang meminta penjelasan ke arah Dimas dan Awan, tapi dia hanya mendapat lambaian tangan dari Dimas.

"Terlalu irit dan kadang bikin bingung, ajarin ngapa ngomong tu jangan pelit amat, teman lo tu"

Awan menatap Dimas datar, satu irit eh yang satunya boros, dasar.
Awan langsung berjalan tanpa menghiraukan Dimas lagi.

Dimas menghelas napas lalu dia berteriak "Gue lupa kalau lo juga suka irit ngomong, dosa apa gue punya temen kayak lo pada"

***

"Naik"

Satu kata yang mampu membuat Nada bingung, dari tadi Nada hanya diam saja mengikuti ke mana pergi Arga, dan sekarang mereka ada di parkiran sekolah dengan Nada yang masih bingung menatap Arga di atas motornya.

Arga berdecak kecil di tempatnya sekarang "Bego"

"Ha?, apa kak?" Nada yakin dia mendengar Arga bicara, hanya saja suaranya terlalu kecil.

Arga menatap Nada datar, lalu mengkode Nada agar cepat naik ke motornya.

Nada bengong bak orang bodoh sekarang, maksudnya Arga mau mengatarnya pulang?.

Lagi lagi Arga berdecak di tempatnya saat melihat Nada tak kunjung menaiki motornya dan malah bengong di hadapanya. Arga menarik tangan Nada pelan medekatkan ke arah motornya.

Walau bingung Nada tetap menaiki motor Arga, "Kakak mau antar aku pulang?" Nada bahkan tak sadar tadi Arga memegang tanganya.

Arga hanya menganggu tampa berbalik, lalu menyodorkan helm dan jaketnya ke hadapan Nada.

Nada menerimanya, lalu menatap pungung Arga dengan senyuman. "Makasih" Nada langsung mengikat jaket Arga ke pingangnya, karna motor yang Nada naikih membuat roknya naik sedikit.

Arga langsung menjalankan motornya ke luar dari parkiran sekolah.

Nada mengeluarkan ponselnya dari saku seragamnya, lalu memotret pungung Arga, hal yang langka harus di abadikan walau hanya punggungnya saja, setidaknya Nada punya bukti dan tak mengangap ini hanya mimpi.

Motor berhenti, membuat Nada menghentikan aksi potonya lalu melihat sekitar, ternyata dia sudah sampai di rumahnya dengan selamat, apa Nada terlalu fokus sampai tak sadar?. Nada langsung turun dari motor Arga. "Makasih kak" Nada menyodorkan helmnya.

Arga mengambil helm lalu menatap Nada.

"Oh iya jaketnya, maaf ya kak" Nada langsung menyodorkan jaket Arga ke hadapan yang punya.

Kali ini Arga tak langsung menerimanya dia hanya menatap Nada saja.

Nada bingung harus bagaimana, apa ada yang salah denganya?, "Ini kak, kakak mau mampir dulu"
Arga hanya menggeleng sebagai respon lalu menghadap ke depan, ke arah jalan "Pegang aja" lalu langsung pergi dari hadapan Nada yang masih menyodorkan jaket.

Nada menatap jaket yang dia pegang dan Arga yang baru saja pergi, selalu berujung tanda tanya bagi Nada, kenapa Arga selalu membuat bingung.

"Segitu susahnya ngertiin lo kak"







.

Vote
Komen
Makasih😊

Not NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang