5-Musuh-

57 24 23
                                    

Jadi baik, tak membuat kita tidak punya musuh.
Terkadang kita berupaya agar tak terlihat buruk di mata orang, tapi ketahuilah pandangan orang berbeda-beda dalam menilai seseorang.

-Nada sestila-

.

Nada menatap ponsel di tangannya dengan kesal, lalu membuang ponsel di tanganya ke arah kasur di depanya. Nada masih sayang harus membuang benda itu kelantai.
Nada duduk di pinggir kasurnya, lalu mengambil ponselnya kembali, lalu dia meletakanya kembali, Nada melakukanya sampai tiga kali. Dia kesal sangat kesal sekarang, apa yang harus dia lakukan?, Nada yakin besok dia akan jadi perbicangan satu sekolah.

"Ahhh" Nada berteriak marah dengan ponsel di tanganya, lalu melemparnya kembali. Sudah berulang kali dia melihatnya untuk meyakinkan dirinya. Tapi di sana benar tertera fotonya bersama satu cowok yang bahkan Nada tak kenal, dan jangan lupakan kalimat yang membumbuih foto itu, 'Tampangnya boleh polos tapi, yakinlah cewek ini punya banyak cowok dalam hidupnya'

Dan yang lebih membuat Nada kesal adalah banyak sekali komentar yang tidak mengenakan yang tertera di sana, semua itu salah paham. Anak yang di foto itu hanya menolong Nada saja tadi. Kalau tak ada anak itu Nada yakin sekarang dia sudah ada di Rumah sakit karna tertabrak.
Memang kalau di lihat dari foto yang diambil seseorang yang tidak Nada ketahui itu keadaanya seperti sedang berpelukan tapi yakinlah kalau di lihat dari arah sebaliknya keadaanya tidak seperti itu.

"Gue harus gimana, gue bahkan ngak tau harus mulai dari mana agar semua kesalah pahaman ini selesai"

Nada berdiri, dia mendekat ke arah jendela di kamarnya.

Gelap, Nada yakin sebentar lagi akan turun hujan. Dia mendesa kecewa, kenapa cuaca sangat mendukung dengan keadaanya yang sekarang.

Drrrtt

Nada melirik ponselnya yang berbunyi sebentar yang menandakan ada pesan masuk, dia menautkan alis bingung, kira-kira siapa orang yang mengirimnya pesan.

08***********
Gimana setelah lihat hasil dari foto gue?.
Gue berbakatkan jadi fotografer?.

Nada menautkan alis bingung, dia tidak mengenali pengirim pesan ini. Satu hal yang Nada ketahui. Semua ini ulahnya.

Me
SIAPA LO???

Nada mendengus kesal, orang ini tidak membalas pesanya. Nada yakin orang itu sedang bahagia sekarang. Teganya dia membuat Nada menderita.

"Gue harus gimana sekarang?"



***



Kesiangan

Hampir ketingalan bus

Dan yang lebih parahnya lagi terlambat.

Bayangkan saja Nada yang selama ini selalu datang paling awal hari ini terlambat.

Terlambatttttt.

Ini semua terjadi karna orang itu, karena terlalu fokus memikirkan siapa orangnya Nada sampai lupa tidur. Dia baru bisa tidur setelah jam 2 dini hari. Bayangkan saja!!!

Nada menatap gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat di depannya. Nada duduk di depan gerbang, dia lelah. Untuk apa dia berlari tadi kalau akhirnya dia terlambat juga. Melelahkan saja.

"Terlambat?"

Nada menatap orang di depanya dengan pandangan lelah, untuk sekedar menjawab pertanya tak berpaeda orang itu saja rasanya dia engan. Jadinya Nada hanya mengangguk saja.

"Kenapa?" 

Nada hanya menatap cowok di hadapanya  itu, lalu entah karena apa dia ikut duduk di samping Nada.

Tapi tunggu, Nada rasa dia mengenali anak ini.

"Gimana caranya supaya kita bisa masuk?, ini hari pertama gue dan gue malah terlambat. Rekor kan?"  Cowok itu menatap Nada menunggu jawaban.

"Kita pernah ketemu ya??" Nada bertanya.

Cowok itu mengangguk, lalu tersenyum ke arah Nada "Kemarin, di pingir jalan"

Nada cengong, ah dia ingat sekarang "Lo tau ngak?, karena kemarin lo nolongin gue semuaya jadi rumit"

Cowok itu tertawa, membuat Nada menautkan alisnya bingung "Apa yang lucu?"

Cowok itu tidak jadi bicara karena melihat gerbang di buka, Nada mengikuti anak itu yang berdiri lalu melihat siapa orang yang membuka pintu gerbang. Dia yakin akan dapat hukuman setelah ini.

Nada menatap cowok di depanya ini yang menatapnya datar, kenapa harus Arga yang piket osis hari ini. Rasanya Nada ingin pergi saja dari sini.

"Lo ikut gue" Arga langsung berbalik pergi terlebih dahulu dari hadapan mereka.

"Tumben telat?, kenapa?" Nada menatap orang yang baru  bicara itu, tenyata Risa.

"Bukanya lo sama Reyhan yang piket hari ini?, kenapa jadi kak Arga sih" Nada menatap Arga di depanya kesal, Nada masih kesal tentang kejadian kemarin.

Risa menatap Nada sebentar, lalu matanya melihat ke arah anak cowok yang berdiri di belakang mereka.

"Lo anak baru itu?" Risa berbalik menghampiri anak itu.

Nada berhenti, menunggu Risa yang berbicara dengan anak itu. Ternyata dia anak baru, pantas saja wajahnya terasa asing bagi Nada. Kenapa juga kemarin harus dia yang menolongnya?, bukan Nada tak bersyukur, tapi keadaanya jadi rumit sekarang.

"Nada duluan aja, Risa mau bawak anak ini ke kepsek dulu" Risa menunjuk anak cowok di sebelahnya.

Nada menatap Risa sambil menggeleng lemah, jadi cuma dia yang di hukum?, eh tak adil.
"Masak dia ngak di hukum sih?, gue ikut lo aja" Nada memprotes di tempatnya.

Risa menggeleng sambil menatap Nada tersenyum kecil, dia mendorong Nada pelan agar segera beranjak dari tempatnya. "Selamat pacaran, eh maksudnya selamat kena hukum sama pacar, heheh" Risa tertawa di akhir kalimatnya, lalu menatap Nada sambil melambaikan tangan kecil.

Nada menghentakan kakinya ke tanah sebelum berjalan kesal ke arah Arga berada.

"Ayo" Risa menarik anak cowok di sampingnya sedikit semangat, dia tersenyum membayangkan Nada yang mendapatkan hukuman dari Arga.












.
.

Vote dan komenya di tunggu
Makasih

Not NadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang