22

350 47 11
                                    

Hari ini adalah hari dimana Hangyul membawa Yena pergi. Entahlah mereka menyebutnya apa, kencan? Mungkin itu yang ada di kepala Hangyul saat ini atau sekedar jalan-jalan bersama sebagai teman itu yang terus Yena pikirkan karena hari ini Hangyul terlihat sangat hangat dan itu membuat Yena merasa aneh berada di dekatnya.

"Hangyul, kita akan pergi kemana?" Tanya Yena.

"Laut." Jawab Hangyul.

"Laut?"

Hangyul mengangguk, sebenarnya ide pergi ke laut berasal dari Yunseong. Selain itu Yunseong sudah memilihkan banyak tempat menyenangkan untuk Hangyul datangi. Kemungkinan Yena akan menyukainya.

"Kenapa kau tidak bilang, kalau tahu begini aku akan memakai baju yang lebih hangat." Ucap Yena.

"Eh?" Hangyul terlihat bingung, lalu ia menyadari kalau rok Yena cukup pendek kakinya akan kedinginan karena angin laut.

Yena yang menyadari Hangyul baru saja memperhatikan penampilanya merasa kecewa. Padahal ia telah memilih pakaian yang bagus tapi Hangyul malah tidak menyadarinya, bukankah itu menyebalkan.

"Kau, tidak menyadarinya?" Tanya Yena.

"Hah? Umm aku..." Hangyul kebingungan harus bereaksi seperti apa.

"Aish!" Yena merasa kesal dan membuang pandanganya ke jalanan. Astaga mereka bahkan tidak pacaran, tapi Yena sangat kesal hanya karena masalah sepele seperti ini.

"Yena..." Panggil Hangyul tapi Yena tidak menoleh. Oh tidak apa Hangyul mengawali hari ini dengan buruk?

~♡18♡~

Hangyul dan Yena telah tiba di pantai. Namun keadaan Yena masih sama, gadis itu masih terdiam karena kesal dengan Hangyul. Hangyul memang tidak peka, Yena sudah bersusah payah berdandan tapi malah dia tidak menyadarinya.

Hangyul mengeluarkan jaketnya dari dalam tas lalu memakaikanya pada Yena. Gadis itu sedikit tersentak.

"Mianhae, aku tidak bereaksi seperti yang kau harapkan. Tapi kau tetap terlihat cantik dengan apapun yang kau pakai." Ucap Hangyul sambil memegangi bahu Yena.

Astaga, kenapa hanya dengan kalimat murahan seperti itu Yena tersipu.

"Mau jalan-jalan denganku?" Ajak Hangyul sambil menawarkan tanganya agar Yena menggandengnya.

"Hm..." Yena mengangguk lalu berjalan mendahului Hangyul.

"Ah... mungkin lain kali." Hangyul memasukan tanganya ke saku celana dan kini berjalan mengikuti Yena.

Mereka hanya terdiam dan tenggelam dalam pikiran masing-masing. Suasana canggung macam apa ini? Apa mungkin kalau saat itu Yena menerima Hangyul suasana tidak akan secanggung ini?

"Hangyul, kenapa kau tidak menjauhiku? Padahal aku sudah menolakmu." Tanya Yena tiba-tiba.

Hangyul terdiam sebentar, "Entahlah... aku tidak bisa melepasmu begitu saja. Kupikir kau hanya belum siap berpacaran, jadi aku akan menunggumu." Ucap Hangyul.

Oke, mendengar itu Yena tersentuh tapi di sisi lain ia juga merasa bersalah karena membuat Hangyul menunggu. Bukankah banyak gadis cantik lain di luar sana? Kenapa harus Yena yang ia tunggu, apa Yena seistimewa itu untuk Hangyul?

"Aku hanya tidak ingin menghancurkan hubungan baik kita. Kau tahu bukan, saat kita berpacaran bisa saja kita putus dan apa mungkin setelah putus kita masih bisa berteman baik setelah apa yang sudah kita lalui?" Ucap Yena.

Hangyul mengerti dengan maksud Yena, "kau benar, aku juga tidak bisa egois dengan perasaanku agar kau mau menerimaku."

Yena menunduk melihat pasir yang tengah ia injak, gadis itu memikirkan Hangyul yang sangat baik padanya. Ia tidak pernah memaksakan apapun pada Yena, apa semua laki-laki akan berubah menjadi sebaik ini saat mereka jatuh cinta?

Eighteen [Hangyul, Yena, Wooseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang