6

456 48 4
                                    

"Aish! Kau sudah ku berikan tugas yang sangat mudah tapi kenapa masih sulit melakukanya?" Ucap Hangyul, lalu mengambil alih keyboard. "Kau lihat, ini kau hanya perlu menekan akornya." Hangyul menunjukan cara memainkan keyboard itu menggunakan satu tanganya.

"Aku sudah berusaha. Tapi sepertinya aku dan keyboard tidak bersahabat." Ucap Yena sambil mempoutkan bibirnya.

Hangyul menarik nafasnya kasar, "aku tidak butuh alasanmu. Sekarang kau mainkan."

Yena mulai memainkan keyboard itu kembali. Tapi hasilnya tetap belum sempurna.

"Yak! Yak! Kenapa jarimu seperti orang stroke?" Omel Hangyul.

"Hah?"

"Ck kemarikan tanganmu." Hangyul menarik tangan Yena dan menarik-narik jari-jari Yena.
Gadis itu hanya terdiam sambil terus melihat wajah Hangyul. Ternyata kalau lebih banyak dilihat, Hangyul sangat tampan. Dia memiliki wajah yang sempurna apa mungkin karena selama ini Yena hanya melihatnya sebagai siswa bermasalah jadi ia tidak pernah menyadarinya?

"Kau harus membiasakan jarimu bergerak sendiri." Hangyul kini melihat wajah Yena yang ternyata sedang memandanginya.

"Uh... oh... aku mengerti." Yena menarik tanganya.

Astaga suasana menjadi aneh karena Yena terpergok sedang memandangi Hangyul. Bagaimana ini? Kenapa Yena jadi salah tingkah sendiri?

"Kita coba lagi, mulai dari yang mana?" Ucap Yena kikuk.

"Kau... kenapa tidak bertanya tentang apa yang ku lakukan di hari minggu?" Ucap Hangyul tiba-tiba.

"Huh? Aaah... itu aku..."

"Yak! Choi Yena!" Tiba-tiba Wooseok masuk dan memotong ucapan Yena.

"Oh, Wooseok ah kau tidak latihan?"

"Tidak, aku lelah." Ucap Wooseok lalu melihat Hangyul yang sedang berdiri di samping Yena.

"Kalau lelah pulang sana. Kenapa masuk ke sini?" Ucap Yena.

"Aku sedang lewat sini, tapi aku melihat ada laki-laki dan perempuan berada dalam satu ruangan berdua. Jadi, aku masuk untuk berjaga-jaga." Ucap Wooseok. Kali ini dia berbohong, sebenarnya dia ada latihan, tapi saat bertemu dengan Chaewon ia tidak melihat keberadaan Yena dan Chaewon bilang Yena sedang latihan dengan Hangyul berdua. Jadi, Wooseok langsung berlari ke ruang musik.

"Aku tidak akan macam-macam. Lagipula tempat ini ada CCTV yang mengawasi kami." Ucap Hangyul santai.

"Lebih baik di awasi oleh manusia." Wooseok langsung menarik kursi dan duduk di samping Yena. "Aku akan mengajarimu."

"Tidak perlu, dia pasanganku aku yang harus mengurusnya." Ucap Hangyul.

Pasangan? Astaga kenapa kata seperti itu bisa membuat Wooseok kesal?

"Aku hanya ingin membantu Yena. Bukankah ini keuntungan untukmu? Ada orang yang berbaik hati mau membantu kesulitan kalian." Ucap Wooseok yang kini sudah berdiri.

"Ini hanya masalah sederhana. Kenapa harus melibatkan orang asing?" Ucap Hangyul.

"Orang asing? Bukankah kau yang seharusnya ku sebut orang asing?"

"Yak! Kalian apa-apaan sih? Kenapa berdebat saat pertama kali bertemu?" Kini Yena berdiri menengahi mereka. "Hangyul, bisakah kau membiarkan Wooseok disini?" Tanya Yena.

"Dengar itu, Yena saja tidak mempermasalahkanya." Ucap Wooseok.

"Yak! Kau juga, bisa diam tidak? jangan seperti anak tk." Omel Yena.

Eighteen [Hangyul, Yena, Wooseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang