11

409 49 2
                                    

5 jam sebelum kejadian...

Hangyul masih terlelap di bawah selimutnya. Karena ini akhir pekan, Hangyul ingin tidur seharian karena semalam ia harus bergadang di bar untuk bekerja.

"Doryeonim..." Panggil pria paruh baya berpenampilan rapi.

Hangyul tidak menjawab.

"Doryeonim... anda harus segera bersiap." Panggilnya lagi.

"Kim jibsa, katakan pada Appa. Aku tidak ingin pergi." Ucap Hangyul sambil menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.

"Tidak, anda harus menurut hari ini. Saya tidak mau anda dipukuli lagi."

"Hhhheeeehhh baiklah, aku menurut karena Kim Jibsa yang minta." Ucap Hangyul sambil bangkit dari ranjangnya.

"Aku akan menyiapkan pakaian Doryoenim."

"Hm..."

Hangyul berjalan ke kamar mandi dalam keadaan setengah sadar. Ya, Hangyul bukan orang tidak mampu. Ia bahkan memiliki pelayan pribadi yang lebih menyayanginya ketimbang ayahnya sendiri.

Kenapa Hangyul bekerja di bar? Jawabanya adalah Hangyul ingin segera meninggalkan rumahnya, ia ingin tinggal sendiri. Hangyul benci Ayahnya yang terlalu terobsesi dengan jabatan dan kekayaan. Ayah Hangyul sedang berusaha membuat Hangyul sepertinya, itulah yang membuat Hangyul menjadi anak pembangkang dan bergaul dengan anak-anak bermasalah. Semua ini karena Hangyul tidak ingin menjadi Ayahnya meskipun Hangyul harus menjadi anak bermasalah.

~♡18♡~

"Kim Jibsa, aku tidak menyukai baju ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kim Jibsa, aku tidak menyukai baju ini." Ucap Hangyul.

"Hari ini anda harus bertemu banyak anak-anak, jadi anda harus terlihat imut. Sekarang tersenyumlah."

Hangyul berusaha menarik kedua ujung bibirnya. Kini laki-laki itu tersenyum dengan kaku dijadapan Kim Jibsa.

"Aigoo, anda sangat tampan. Pasti semua wanita akan terpikat dengan pesona Doryeonim." Puji Kim Jibsa.

"Aku memang selalu tampan." Jawab Hangyul.

"Hm, sudah sekarang anda pergi sebelum Tuan Lee marah besar karena Doryeonim datang lebih lama dari dia."

"Biarkan saja."

"Doryeonim..."

"Ah iya iya aku pergi."

Hangyul berjalan keluar kamarnya dengan Kim Jibsa di belakangnya.

Dibawah ia bertemu dengan Ayahnya yang sudah rapi tengah berjalan dengan sekretaris dan sopirnya. Pria itu sama sekali tidak melirik Hangyul dan langsung berjalan ke mobilnya.

"Hati-hati di jalan Doyeonim." Ucap Kim Jibsa.

"Kim Jibsa tidak ikut?"

"Tidak, hari ini saya harus menjemput nyonya di bandara."

Eighteen [Hangyul, Yena, Wooseok]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang