Seperti biasa aku bangun sebelum matahari terbit membersihkan pekarangan rumah dan bangunan kecil yang ada di belakang rumahku, yang sebentar lagi akan aku jadikan markas.
Awalnya tempat ini adalah ruang kerja ayahku namun lama kelamaan tempat ini jadi tidak terpakai akhirnya di jadikan gudang, ya... tapi tempat ini cukup luas dan alat perabotan yang disimpan disini pun hanya sedikit, jadinya ruangan percobaan kami cukup luas untuk dipakai bersantai karena kursi sofanya masih kelihatan baru begitu juga dengan meja dan kursi kerjanya. Dan juga ruangan ini memiliki dapur. Ditambah lagi aku sudah membersihkan ruangan ini secara keseluruahan.
"permisi!!!"
suara mereka kedengaran sampai di belakang sini sambil membunyikan bel yang ada di depan.
Aku menjawab
"baik, tunggu sebentar"
aku bergegas berjalan melewati halaman samping rumah lalu ke depan untuk membukakan mereka pagar. Tapi belum saja aku sampai menghampiri mereka.
Aruna terlihat memegang sapu ijuk dengan posisi memegang pemukul bisbol dan terlihat ray dan norman sudah bertengger di luar pagar. Jadi segera aku menunduk di pojokan untuk memantau apa yang akan dilakukan aruna dalam keadan seperti ini.
"siapa kalian, apa kalian perampok? Mau merampok disini aku akan berteriak..."
aruna terlihat waspada terhadap mereka berdua.
Lalu ray menjawabnya"bukan, kami, bukan orang jahat kami juga bukan perampok, karena kami ini teman kakakmu"
saat ray berkata seperti itu kelihatannya aruna memasang wajah yang licik terlihat dia sedang merencanakan sesuatu.
"oh maaf kakak-kakak sekalian aku sudah menghambat kalian, ternyata kalian adalah temannya keenan..."
heh? Apa yang kau rencanakan aruna....
"ahahaha terimakasih dik sudah percaya pada kami"
ray berterima kasih dan segera masuk duluan setelah aruna membuka pagarnya, tapi aura yang kurasakan... oh iya aku baru ingat aruna kan mengikuti kegiatan klub taekwondo di sekolahnya dan baru baru ini dia sudah mengikuti turnamen provinsi, dan mendapatkan juara dua. Yang aku dengar meski aruna saat itu kalah poin tapi di saat terakhir lawannya mengalami geger otak akibat tendangan aruna yang begitu keras meski lawannya sudah memakai pengaman kepala.
Celaka jangan-jangan... kalau begini ray bisa mampus. Pantas anak itu setiap harinya selalu memakai kaos training, benar-benar gawat.
Saat ray mulai masuk, dengan cepat aruna mengangkat kakinya dan memiringkan badannya kebelakang sambil menghadap ke sisi kiri tempat ray akan lewat, terlihat dia mengarahkan tendangannya ke kepala.
Terlambat, walaupun aku berteriak itu tidak akan sempat menghentikannya. Tiba-tiba tendangannya tertahan.
Sungguh mengejutkan Tendangannya ditangkis oleh norman hanya dengan mengenakan tangan kiri. Seketika kami yang menyaksikan hanya bisa diam terkejut termasuk aruna yang tendangannya tengah di tangkis oleh norman.
Segera aruna menarik kakinya lalu mundur ke belakang dengan posisi siaga.
"maafkan aku kalau kurang sopan tapi aku tidak bermaksud macam-macam denganmu, jadi tolong kerja samanya"
norman terlihat tulus mengatakannya dengan nada yang datar pastinya sampai wajah aruna memandang norman dengan kagum.
"baiklah aku akan membiarkan kalian masuk jadi tunggu sebentar di sini, karena aku akan memanggil keenan"
aruna terlihat malu-malu kucing saat mengatakannya. Diapun berbalik tapi aku langsung menampakan diri dari tempat aku berada tadi.
"eh... jadi dari tadi kau berada di sana?" aruna bertanya.
" dia sudah bersembunyi di situ sesaat setelah kami membunyikan bel nya"
norman menyanggah apa yang ditanyakan aruna barusan.
"ya begitulah karena aku kira ini mungkin akan terlihat seru jika aku menyaksikannya dulu sedikit"
aku hanya menyatakan yang sebenarnya tanpa bermaksud alibi.
"Tunggu sebentar, sebenarnya kalian datang ngumpul ke sini untuk apa?"
aruna sepertinya curiga dengan kami. Tapi aku menjawab pertanyaan aruna secara langsung tanpa bertele-tele.
"yah... kami sebenarnya ingin mempraktikan percobaan kami"
"maksudnya percobaan apa? Jangan-jangan...."
Aruna terlihat geram saat mempertanyakan kami tentang percobaan yang aku katakan.
"ya kau benar aruna ini ada kaitannya dengan hal fantasi yang sering aku ceritakan kepadamu-..."
"Sudah Cukup!! kalau kamu seperti ini terus aku sama sekali tidak bisa menganggapmu sebagai kakakku. sudahlah aku mau keluar"
aku kaget saat mendengar aruna mengatakannya langsung kepadaku. Kemudian aruna mengambil sepedanya yang tersandar di depan rumah. Lalu perlahan mengayuh sepedanya keluar. Saat melewati kami dia berpesan kepadaku
"kalau begitu jaga rumah"
aku hanya diam tertegun tanpa sempat menyahut apa yang dia katakan padaku. Sementara ray dan norman hanya terlihat diam membingung karena tak tahu ada apa dengan kami.
"jadi sekarang bagaimana keenan?"
dengan nada yang datar norman langsung mempertanyakan itu dengan lugas
"hei norman tunggu sebentar...."
ray bermaksud menghentikan perkataan norman.
"sudah tidak apa-apa ray."
Apa yang aruna ucapkan mungkin benar, aku tidak bisa menjadi seorang kakak yang dia harapkan walau bagaimanapun seorang adik ingin selalu mengagumi kakaknya, namun nyatanya aku tidak bisa menjadi seorang yang di harapkan baginya. Apa lagi dengan ide konyol yang aku ciptakan ini dengan berkata
"ingin melakukan percobaan"
aku rasa itu adalah sebuah kekonyolan.
"Hei!!, aku sama sekali tidak peduli dengan masalahmu itu, apa kamu kira aku datang ke sini dengan penuh persiapan hanya untuk mendengar ocehan konyolmu. Kau tahu? 3 bulan aku memikirkan teorimu yang tidak dimasuk akal itu sambil mencari beberapa penjelasan, tapi aku tidak tahu mungkin itu muncul dari ide dan imajinasi yang kau sebut konyol tadi. Aku sampai merakit ulang komputerku hingga tiga kali fase. Tapi aku percaya saat melihat keseriusanmu keenan"
aku diam terpaku saat norman menyatakan itu, orang yang biasanya bicara dengan nada rata tapi saat ini dia mengatakan itu padaku dengan perasaan geram dan bermaksud untuk menghilangkan prasangka negatifku ini.
"aku yakin ray juga memikirkan hal yang sama denganku"
norman menyambung pernyataannya tadi.
"apa yang dikatakan norman itu benar keen... ,maka dari itu kau harus memutuskannya"
ray mengatakannya dengan penuh rasa tulus dan percaya padaku.
"kalian benar, aku tidak boleh mundur mau sekonyol apapun aku hingga bagaimanapun masalahnya aku... maksudku kita, kita tidak beleh mundur. Terimakasih ray, norman. Kalau begitu ayo mulai percobaan kita"
akhirnya aku mulai mendapatkan semangatku dan sementara aku melupakan masalah yang barusan.
Bersambung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vreme: Break The Seconds Vol. 1
FantasyStatus: ongoing Perjalanan waktu. Aku ingin menjadi seorang penyintas yang dapat melakukan itu. Melihat masa depan, menyimak masa lampau, atau mungkin mengubah sesuatu... Dengan mesin waktu yang akan aku ciptakan dengan teori konsep dimensi dari ene...