Chapter 1

19 5 0
                                    

Apakah percobaannya berhasil?  Tapi kalau ini berhasil ke mana energi dimensi ini membawaku? Angin masih berhembus seiring dengan rasa panik yang membuat kepalaku terbelit oleh banyak keanehan yang muncul.

Aku masih berdiri dihadapan aruna dan sebuah pertanyaan terbesit dalam benakku… apakah orang yang berdiri dihadapanku ini benar-benar aruna?

“kakak? Apa kakak baik-baik saja?"

aruna sangat khawatir dengan keadaanku yang sekarang.

“aruna, aku minta maaf aku ingin ke kamar dulu… mungkin aku butuh waktu untuk menenangkan diri”

Setelah itu aku bergegas masuk ke rumah dengan jalan yang agak cepat dan pandangan yang terlihat stres. Aku meninggalkan aruna dari tempat kami bertemu tadi.

“kak… kalau butuh sesuatu panggil saja aruna”

mendengar aruna mengatakan itu perlahan beban pikiranku berkurang. Aku berhenti tepat di depan pintu rumah lalu berbalik melihat aruna… dia melanjutkan pekerjaannya menjemur pakaian.

Dari matanya aku masih melihat rasa khawatir.
Saat sampai di kamar aku mulai menenangkan diri dan mencoba berpikir secara rasional. Tiba-tiba pikiranku mulai terbuka, jika dianalisa dari beberapa data yang terlihat, aku menemukan teori yang terbukti dari penjelasan norman.

Kesimpulannya bahwa energi yang terkumpul itu berhasil menembus milyaran memory pada otakku. Jadi bisa diartikan kalau benar adanya, percobaannya berhasil.

Maka kemungkinan besar percobaan ini hanya menimbulkan perpindahan memory.

Tapi kalau hanya ingatanku yang berpindah, aku merasakan sensasi yang berbeda, yang aku rasakan bukan hanya di pikiran saja melainkan perasaan dan konsep akal juga terasa nyata. Sesuatu… bersama dengan ingatanku, ada sesuatu yang ikut ditransfer oleh energi dimensional. Jika kesimpulan akhir yang aku miliki sesuai, maka aku perlu beberapa teori dan entitas objek untuk memperkuat hal itu.

“berpikir… ayo berpikir keenan…”

aku mengatakannya sambil menggebrak-gebrak tembok.
Aku harus mencari tahu beberapa data faktual yang bisa merujuk kepada kesimpulan yang aku dapatkan. Aku terus merangkai kronologi tahap kejadian sebelum aku tak sadarkan diri saat dimulainya percobaan. Lalu aku memegang telingaku. Aku sadar… sesaat sebelun insiden terjadi, telingaku mengeluarkan darah yang cukup banyak.

Aku kemudian kembali memeriksa di cermin dan melihat secara teliti ke dalam lubang telingaku. Namun sama sekali tidak ada bekas darah ataupun rasa perih disekitar area telinga.

Aku telah menemukan satu poin penjelasan, selanjutnya merujuk pada kaca yang kembali utuh tanpa perbaikan, dan lampu yang ada di ruangan itu sama sekali belum pecah, kemudian ketika aku melihat waktu dan tanggal, linenya masih normal. Ini menandakan… hal pertama, tidak ada rekayasa yang dibuat-buat oleh siapapun untuk mengelabuiku. Lalu hal yang kedua… dalam peristiwa ini aku tidak mengalami time leap maupun time skip, dan yang ketiga jika ingatanku benar di transfer maka wujud kasar yang aku pakai ini adalah… diriku dari garis dunia lain… dari beberapa opsi yang yang telah tertata. Aku masih merasa banyak kejanggalan dari rangkaian fakta yang aku dapatkan barusan.
Kalau begitu aku perlu keluar dan mencoba melakukan riset dan pengumpulan data dari keseharianku.

Aku bergegas mengganti pakaian dan memakai topi karena kulihat cuacanya sedikit panas. Aku keluar dari kamar, terlihat aruna sedang duduk santai di ruang tengah sambil menonton televisi. Ketika aku mengahampiri, dia segera berdiri dan melihatku.

“ah… aruna apa pekerjaanmu telah selesai?”

kelihatannya dia sedang ingin bersantai tapi beda sekali dengan aruna yang aku kenal yang gayanya seperti lelaki ketika sedang bersantai, apalagi klau sudah tiduran rambutnya acak-acakan. Tapi aruna yang ini sangat berbeda 180 derajat. Saat dia memanggilku kakak… ah beban pikiran ini… menurutku dia adalah adik perempuan idaman semua aniki (kakak laki-laki).

Vreme: Break The Seconds Vol. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang