Dua gelas latte yang mulai dingin menjadi teman keheningan antara Toru dan Mei.
Toru melipat kedua tangannya, memandang Mei yang masih diam. Ia menghela napas kecil, ingin rasanya dirinya mengatakan pada Mei untuk tidak membuang-buang waktu dan berbicara tepat pada point.
"Dimana Taka?" Toru membuka mulut, menanyakan keberadaan sosok yang ia cari selama ini. Walau rasanya Toru sudah lelah bertanya hal berulangkali pada Mei dan mendapat jawaban bahwa Mei tidak tahu dimana Taka. Namun Toru merasa bahwa Mei menyembunyikan sesuatu darinya.
"Aku tidak tahu." Mei menjawab dengan ringan. Ia menyesap lattenya dan mengernyit karena latte ini terasa dingin, ah, sudah berapa lama ia dan Toru berada di cafe ini?
Setelah bertemu dengan Taka di kediaman rahasianya, Mei akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan Toru. Tentu saja setelah kabar bahwa pertunangan Toru dan Yifei santer diperbincangkan oleh publik.
Jujur saja, Mei masih menyimpan sedikit harapan dalam hati bahwa ia akan pantas bersanding dengan Toru. Sudah banyak yang ia korbankan selama ini, ia tidak ingin segalanya terasa sia-sia.
"Kudengar pertunanganmu dan Yifei berakhir, ada apa?" Mei bertanya dengan nadanya yang selalu menyebalkan.
Mei sudah berbeda dari dirinya yang masih remaja. Mei yang polos dan suka tersenyum sudah menghilang. Sejak Toru berubah, ia juga berubah. Ia menjadi perempuan paling brengsek di dunia ini.
"Kami sudah sepakat." Sebenarnya dibanding harus membicarakan soal pertunangannya yang berakhir tiba-tiba, Toru lebih memilih berkeliling Tokyo mencari dimana keberadaan Taka. Ia tidak perduli seandainya orangtuanya akan menyiksanya seperti waktu itu, buatnya ia tidak akan bisa tenang jika Taka belum ditemukan. Ayahnya bisa melakukan apapun, Toru hanya takut hal yang Anna alami kembali terjadi pada Taka.
"Apa kau berselingkuh?" Mei bertanya dengan nada main-main. Toru memincingkan matanya.
"Jika ya, kenapa?"
Tawa Mei terhempas dari celah bibirnya. "Dengan siapa? Takahiro? Kau bahkan terus bertanya tentang Takahiro padaku." Bibir berpoles lipstik merah darah membentuk sebuah senyum miring.
"Karena aku tahu, kau mengetahui keberadaan pria itu."
Ketegangan terbangun, Mei meletakkan kedua tangannya diatas meja. Mengaitkan jemarinya satu sama lain, bolamata hitamnya memandang lekat pria yang ia cintai.
"Kenapa tidak bertanya pada ayahmu?"
Toru tertawa sinis. Suara tawa yang berat dan dalam, sanggup membuat beberapa pihak bergidik ngeri. "Dia tidak tahu dimana Takahiro dan dia belum menemukannya."
Bibir Mei terkatup rapat.
"Mei," setengah berbisik Toru menyebut nama wanita cantik yang tampak anggun mengenakan dress hitam ala era 70-an yang sangat populer. Menonjolkan sisi sensual sekaligus glamour. "Jika anak buahku bahkan anak buah ayahku tidak bisa menemukannya, bukankah tandanya Taka bersembunyi ditempat yang tidak main-main? Pasti orang yang memiliki kekuasaan yang bisa melakukan hal itu."
Bibir kecil Mei bergetar, ia kehilangan separuh kata-kata didalam kepalanya. Perkataan Toru bagai anak panah yang melesat tepat mengenai sasaran. Toru mungkin saja terus bertanya Taka dimana padanya, namun Mei tidak akan pernah lupa betapa cerdasnya pria dihadapannya ini.
Mei tersudut bagai seekor tikus yang disergap manusia.
"Kau punya garis keturunan Yakuza, Nona Suzuki. Perusahaan keluargamu sama kuatnya dengan perusahaan Moriuchi dan Yamashita." Toru tersenyum seolah menang. Mungkin saja ia bisa terlihat tak memperdulikan Mei selama ini, namun Toru tahu bagaimana reaksi Mei jika tengah gugup. Ia melirik cincin dengan hiasan bunga matahari yang disentuh berkali-kali oleh Mei. "Bukankah tidak mungkin jika kau membantu pelarian Taka dan menyembunyikannya ditempat yang aman?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Polaris [ToruKa]
FanfictionTaka tidak pernah akan mengampuni sosok yang membuat hidup adiknya hancur. Ia akan membalaskan dendam adiknya, semua rasa sakit yang adiknya rasakan harus dirasakan oleh orang itu juga. Toru tidak tahu apa yang salah dengan hidupnya. Ia mempermainka...