"Oh man! Kau terlalu serius!" Rola menghantam lengan Toru dengan kepalan tangannya. Alis wanita cantik itu nyaris bersatu, pertanda ia benar-benar terganggu dengan apa yang Toru lakukan pada Taka barusan. Jika Rola menjadi Taka, ia sudah malu dan merasa tak memiliki muka. Ditampar didepan banyak orang bukanlah suatu hal yang menyenangkan. Namun memangnya Toru memahami perasaan semacam itu? Toru hanya tahu cara bersikap manipulatif dihadapan relasi bisnisnya.
Toru orang yang sangat arogan, kerasa kepala, dan menyebalkan. Toru tidak pernah memikirkan perasaan oranglain, hanya memikirkan kepuasan pribadinya.
"Sudah." Tyler menengahi, ia tidak ingin Rola dan Toru berkelahi sekarang. Tyler jelas paham bagaimana menakutkannya Rola jika sedang marah, ia juga paham Toru bisa melakukan apapun jika dibawah kendali emosi. Ia tidak akan memandang lawannya laki-laki atau perempuan.
"Ah gila, aku tidak paham apa yang ada didalam otak Tuan Yamashita ini." Rola berucap sarkastik. Tatapan matanya menajam, sayangnya Toru hanya memandangnya skeptis. Berusaha tidak terpancing.
"Sudahlah, kau tahu sendiri Toru seperti apa!" Jamil merangkul Rola. "Jangan membuat hal seperti ini jadi masalah! Kita perlu bersenang-senang!" Jamil tersenyum sangat lebar, Rola menghembuskan napasnya. Memang hanya Jamil yang dapat mencairkan suasana seperti ini.
.
.
Yuu keluar dari dalam hotel dengan mata mengantuk. Ia menguap beberapa kali, wanita itu rasanya ingin membunuh orang yang membangunkannya ditengah malam. Tapi, perintah bos besar tidak dapat ditolak. Yuu masih ingin bekerja diperusahaan Toru, ia tidak ingin menjadi pengangguran hanya karena Toru mempersulit dirinya mendapat pekerjaan nantinya. Yuu sudah bekerja sebagai sekretaris Toru selama dua tahun, ia paham betul bagaimana liciknya Yamashita Toru.Misi yang Toru berikan untuknya adalah mencari Taka. Pria yang Yuu curigai bukan hanya sebagai teman Toru. Karena... bukan bermaksud merendahkan, teman-teman Toru adalah orang yang berada. Contohnya Tyler yang merupakan pencipta lagu terkenal, Jamil yang memiliki beberapa restoran cepat saji, dan Rola yang berprofesi sebagai model. Masih banyak lagi. Namun Taka berbeda, penampilannya lusuh. Berbanding terbalik dengan Yamashita Toru.
Yuu merutuki, kemana ia harus mencari Taka? Disekitar hotel? Wanita itu berhenti melangkah, matanya mengerjab berulangkali. Helaian rambut yang tidak sempat terikat bergerak kecil terbawa angin dingin yang menusuk.
Taka berdiri beberapa meter dihadapannya. Wajah yang pucat, bibir membiru, alas kaki yang entah kemana. Taka masih bisa tersenyum.
"Taka! Kau darimana saja?!" Yuu mendekat, wajahnya diliputi keheranan dan kekhawatiran. Taka tidak baik-baik saja. Itulah yang Yuu tangkap.
"Aku kembali ke hotel. Berjalan kaki, ternyata dingin dan melelahkan." Yuu nyaris saja menyembur Taka dengan makian bodoh, ia memperhatikan kaki Taka. Lecet dimana-mana dan gemetar, menandakan bahwa Taka benar-benar lelah.
Yuu menelan bulat-bulat makiannya. Taka butuh istihat dan minuman hangat.
"Ayo masuk-" belum sempat Yuu menyelesaikan kata-katanya, wanita cantik itu sudah menjerit terlebih dahulu.
Taka jatuh pingsan dihadapannya.
.
.
Taka perlahan memperoleh kesadarannya kembali. Pria penjaga toko bunga itu membuka matanya perlahan, merasakan kepalanya sedikit pening. Taka memandang langit-langit putih bersih, mengais sisa-sisa kesadarannya."Kupikir kau sudah mati." Taka menoleh cepat, ia menatap langsung mata Yamashita Toru yang berkilat marah. Taka merasakan dingin merayap dari kakinya. Ia sadar betul telah memancing amarah Toru keluar, itu sebuah kesalahan besar.
Yamashita Toru bangkit dari sofa didekat balkon. Naik keatas ranjang, memperhatikan lekat wajah Taka. Wajah yang memiliki sisi maskulin sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Polaris [ToruKa]
Fiksi PenggemarTaka tidak pernah akan mengampuni sosok yang membuat hidup adiknya hancur. Ia akan membalaskan dendam adiknya, semua rasa sakit yang adiknya rasakan harus dirasakan oleh orang itu juga. Toru tidak tahu apa yang salah dengan hidupnya. Ia mempermainka...