"Maksudmu?" Tanya salah pria di sana mengulangi pernyataan dari rekannya.
"Aku ingin menggeser kedudukan, Mark." Ulangnya dengan raut mata tajam dan penuh dendam.
"Jeager? Kau yakin?" Pria itu bertanya kembali lalu duduk di salah satu kursi ruangan rapat Nazi.
"Kau meremehkanku, Vikof"
Pria dengan nama belakang Vikof menggelengkan kepalanya, "Bukan begitu. Hanya saja dia budak favorit Hitler saat ini, akan sulit kurasa." Kesal, lawan bicara Vikof tampak menggenggam kuat tangannya.
"Aku tau. Tapi aku akan menghancurkannya lewat posisi yang dia curi dariku itu." Vikof cukup merinding mendengar kalimat yang terucap itu. Apalagi pria dengan suasana hati marah menginjak seekor tikus hingga isi perutnya keluar. Vikof menahan jijik melihatnya, sedangkan pria itu tampak tertawa dalam aksi kejinya.
"Kau akan seperti ini, Mark. Tunggulah"
EJMIW
Jeager melajukan mobil seorang diri menuju pusat kota. Hingga sampai di tujuannya dia menghentikan kendaraannya. Tampak banyak orang mengantri di dalam kedai roti. Dari bau ruangan saja tercium bau nikmat dari panggangan roti tersebut.
"Terimakasih!" Ujar pemuda di sana melayani pelanggan toko. Jeager tersenyum kecil melihat semangat dan senyum cerah darinya. Dia pun ikut mengantri di barisan belakang. Selang beberapa menit akhirnya antriannya tiba, meski selama itu pula orang-orang yang keluar dari toko menatapnya segan bahkan ada yang terang-terangan takut.
"Selamat datang di Kedai Weèber! Mau pesan ap—" ucapan pemuda itu berhenti begitu melihat sosok jenderal berduri di hadapannya.
"Mark?!" Pekiknya.
"Guten Morgen, Hyuck" sapa Jeager.
"Guten Morgen, Mark. Aku tak menyangka kau akan benar-benar datang. Oh ya, kau mau pesan apa?"
Jeager melemparkan senyum tipis, "Aku selalu menetapi janjiku. Aku mau semua bretzel yang kau sediakan."
Hyuck mengangguk. Dia mengambil kemasan roti lalu memasukkan bretzel yang tersisa.
"Sekitar tujuh yang tersisa, harganya empat Reichsmark" kata Hyuck. Mark segera mengambil dompetnya uang dari saku celananya.
"Terimakasih, Mark!"
"Tentu"
Hyuck segera membersihkan peralatan yang sudah kosong. "Syukurlah hari ini terjual semua!" Seru wanita dari balik pemanggang. Hyuck mengangguk lalu membawa peralatan masak dan jualannya ke tempat cuci. Matanya terpaut pada seorang pria yang berdiri lengkap dengan seragam diktator Jerman.
"H-hyuck, kenapa pria Nazi itu berdiri di dalam toko kita?" Tanya sang ibu mulai ketakutan.
Hyuck mengerjapkan matanya, "Oh dia Mark bu. Kenalan yang ku ceritakan kemarin."
Sang ibu menunjukkan raut wajah histeris. "A-apa?! Bagaimana bisa anakku berteman dengan korporat diktator Jerman?" Pekik ibunya tak percaya. Sampai-sampai dia hampir terjerembab ke bawah jika saja sang anak tak menahannya.
"Ibu!" Teriak Hyuck. Jeager yang mendengar kegaduhan pun lantas mendekati area rak roti-roti.
"Ada apa?" Tanyanya. Kedua ibu dan anak itu pun menoleh ke sumber suara. Wanita paruh baya tersebut agak cemas melihat kehadiran sang jenderal.
"Tidak ada, Mark. Ibuku hanya terlalu berlebihan saja melihatmu di sini." Hyuck membawa ibunya agar duduk di kursi kasir. Menatap sang ibu, Hyuck kembali buka suara.
"Ibu, Mark adalah temanku. Dia baik kok!"

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Evil Jeager meet Innocent Weèber
Ficción históricaJenderal terbaik Nazi dengan gelar 'Devil of Man' jatuh dalam pesona seorang pemuda pemanggang roti yang polos di kota bersejarah --- "I'm in love with you" "S-sir?" --- "Kau merusak segalanya Jeager" "Maafkan saya, Mein Führer" "Got the your missio...