chapter 1

248 19 0
                                    

Made for
Giordano de Lucas   and   Hazel Milverton
A letter for you

  21 Juni 

Di pagi hari kesibukan sudah terlihat dipingiran kota New York, orang orang berlalu lalang dengan kesibukannya sendiri, deretan toko toko berjejer rapi menjajakan produk mereka.
Kemacetan dan kebisingan sudah menjadi kesehariannya.

Ingin rasanya pergi kesuatu tempat yang masih asri, dengan hijaunya tanaman sejauh mata memandang.

Hazel Milverton seorang remaja berumur 18 tahun yang baru saja lulus dari sma ternama, dia menjalani kehidupan smanya dengan beasiswa yang ia raih dengan usahanya sendiri. Saat ini

Hazel lebih memilih bekerja dari pada meneruskan mimpinya untuk menjadi aktor.
Hidupnya tidaklah menyenangkan, tidak seperti remaja lain yang menghabiskan waktunya dengan hangout bersama teman teman, liburan bersama keluarga ataupun pergi ketaman bermain dengan seorang pacar.

Hazel tidaklah punya tumpuan hidup saat ini, ia tidak punya tempat berteduh pada hangatnya keluarga. Hanya sebuah rumah sederhana peninggalan orang tuanya yang menjadi tempat ia pulang, hanya dengan itu Hazel sudah merasa bersyukur.

“Hazel! Kau sudah beres?” teriak Ryan, temannya di sebuah minimarket tempatnya berkerja.

Hazel dengan cepat membereskan pekerjaannya, memasang detail harga pada rak produk, agar konsumen tidak komplain gara gara kesalahan harga.

“Yaa sebentar, Aku kesana!”

Terlihat ryan sedang mendongkak memperhatikan sebuah AC,

“Lihat, ACnya rusak. Ruangannya jadi tidak dingin“

“Yah, apa kita harus memanggil service AC?”

“Sepertinya begitu, aku atau kamu yang melakukannya?”

“Aku saja, kau bereskan menempel harga produk di rak ujung, aku belum sampai kesana”

“Oke, kamu boleh pakai sepedaku. Tempatnya kau sudah tahu kan? Tiga blok dari sini”

“Yaa… aku berangkat ya.”

Jika AC itu tidak dibenarkan pasti udara akan menjadi panas dan pelanggan akan meninggalkan kesan jelek pada minimarket ini. Terlebih ini sudah awal musim panas. Pasti bos akan kesal jika pelanggannya berkurang.

Dengan seragam biru putih dan topi yang ia kenakan, ia mengayuhkan pedal sepedanya, sekitar 5 menit ia sudah sampai di depan toko service AC. Ia pun memarkirkan sepedanya dan bergegas masuk.

“Permisi…”

Seorang pria paruh baya menjawabnya “Kau Hazel yang kerja diminimarket itu ya? Ada apa ACnya rusak?”

“Hahhah, betul pak”

“Yaa.. aku akan mengirim anakku kesana, sekarang biarkan kami siapkan peralatannya dulu”

“Baik pak, kalau begitu saya tunggu.”

“Tidak apa, kamu duluan saja. Anakku akan menyusul”

“Oh, baik kalau begitu saya duluan ya pak. Terima kasih”

Hazel kembali mengendarai sepedanya ke minimarket, dari kejauhan sebuah mobil mewah berwarna hitam berhenti tepat di depan pintu masuk minimarket. Iapun kembali memarkirkan sepeda ryan pada tempatnya. Tanpa mengalihkan pandangan pada mobil mewah di sampingnya.

“Ryan, katanya mereka akan segera kesini”

“Bagaimana dong, orang kaya itu sudah mulai sarapan. Dengan hawa seperti ini” Ujar ryan sambil menunjuk seseorang yang duduk sendirian disebuah kursi, di hadapannya sudah disajikan kopi dan waffle panggang.

A Letter For You (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang