Bab 3

44 4 0
                                    

Pagi indah dengan matahari yang tersenyum riang. Nufus kembali menenggerkan senyum di harapan, melangkah dengan pasti keluar grebang. Jemari pendeknya yang bulat meresleting tasnya menaruh kotakan berisi brownies didalamnya. Senyumnya tak pernah pundar seiring detik berjalan.

"Selamat pagi mentari, selamat tinggal gulita." Tuturnya masih setia meninggikan sudut bibirnya.

Disamping itu Defan kakaknya mengeluarkan motor dalam bagasi dan melajukannya pelan.
"Lo yakin mau bareng Ergan aja?" Defan mengrem ban motornya tepat di samping Nufus, cowok itu meyakinkan adik bungsunya agar berangkat bersamanya.

Nufus menggelengkan kepala pertanda dia menolak tawaran dari kakaknya. "Oke, gue tinggal. Baik-baik lu." Cowok itu mengacak rambut pendek adiknya, lalu melajukan kuda besinya.

"Hati-hati lu." Teriak Nufus sembari menjinjitkan kakinya.

Tidak lama setelah kepergian Defan kakaknya, deru motor terdengar dari sebrang jalan menampakan cowok dengan motor ninja hitamnya, tangannya melambai pertanda dia telah sampai.

Nufus tersenyum riang membalas lambaian tangan Ergan.
"Lama nunggu ya?" Tuturnya saat motornya benar-benar berhenti dihadapan Nufus.

Nufus menggelangkan kepalanya. "Enggak kok, yuk berangkat." Ucapnya sembari mengenakan helm birunya, perlu dicatat dari ujung rambut sampai ujung kuku semua aksesoris Nufus pastilah berwarna biru. Nufus sangat menyukai warna biru karena menurutnya, warna biru itu menandakan kesejukan di dalam diri penyukanya.

"Udah?" Tanya Ergan saat gadis itu selesai memakai helmnya.

Nufus menunggangi motor Ergan. "Udah siap, ayo berangkat." Tuturnya dengan riang.

Motor Ergan pun melaju dengan kecepatan sedang, membelah aspal hitam jakarta yang ramai. Terpaan angin membuat anak rambut Nufus yang tidak dinaungi helm berterbangan. Ergan diam-diam memperhatikan gadis itu, sungging senyumnya kian kentara jelas.

"Pegangan dong Fus, nanti lu jatuh, entar gue duda." Tutur Ergan malu-malu.

"Hah?!" Nufus tidak mendengar perkataan Ergan lantaran suaranya yang tidak terlalu jelas karena telinganya tertutup helm.

Ergan hanya tersenyum tidak menjawab, dirinya malu. Siapa saja pasti mengerti jika memperhatikan ucapan Ergan hingga membuatnya malu.

Tidak ada percakapan berlanjut setelahnya. Keduanya sama-sama diam dalam argumen masing-masing.

Nufus sangat menikmati pagi ini, perutnya seperti digelitiki banyak kupu-kupu yang sengaja dimasukan kedalamnya. Bersama dengan Ergan dia merasa nyaman. Cowok yang 3 bulan lalu menyatakan suka padanya tetapi dia meminta untuk tidak berpacaran, Nufus hanya mengiyakan. Pikirnya ini adalah cinta monyet, berjodoh atau tidak itu sudah ada yang mengatur.

Tidak lama kemudian sampailah keduanya di halaman Sekolah WM. Seluruh murid berlarian pasalnya bel masuk berbunyi pas setelah Ergan dan Nufus sampai.

Nufus buru-buru membuka helmnya dan menaruhnya di spion motor Defan yang kebetulan parkir beriringan dengan Motor Ergan.
"Kak Aku duluan ya?" Nufus bersiap melangkah maju, namun urung saat Ergan menarik lengannya.

Nufus mengrenyitkan keningnya, Ergan hanya berkata. "Jangan buru-buru."

Nufus pun kembali tenang.

Seri NUFUS (Dua Benua).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang