Bab 5

72 5 0
                                    

Hari libur memang hari yang ditunggu-tunggu. Dimana hari bermalas-malasan bagi Nufus, seperti potretnya sekarang yang tengah memanjakan tubuhnya diatas kasur. Matanya masih setia terpejam dengan tubuhnya yang semakin tenggelam dalam selimut stitchnya, seperti pikirannya yang makin hanyut di alam mimpi.

Hingga suara teriakan Defan menggema di dalam rumah siputnya.

"MEOG  BANGUN UDAH PAGI WOY!" Ucap cowok itu dari luar kamar Nufus sambil menggedor pintunya keras. Nufus yang setengah terbangun mencoba tidak peduli dan terus bergulum dengan selimutnya.

"WOY BANGUN GOBLOK, GUE DOBRAK NIH." Ucap Defan yang lagi-lagi tidak diindahkan oleh Nufus.

"BENERAN GUE DOBRAK NIH." Teriak Defan lagi karena tidak ada balasan dari adiknya didalam kamar. Dari luar, cowok itu mengambil ancang-ancang menendang. Mundur beberapa langkah sambil meregangkan badannya dan berlari kearah pintu kamar Nufus,
"Hiyakkk,,, dobrak!!" Defan berlari bersiap menendang, namun saat ujung sendalnya menyentuh pintu, ternyata dengan mudahnya pintu kamar terbuka, kamar itu tidak dikunci oleh pemiliknya.

"Anjir gak di kunci." Umpat Defan, yang sia-sia meregangkan badannya untuk mendobrak pintu kamar adiknya yang ternyata dapat dengan muda di dorong dengan satu jari saja.

Defan berjalan mendekat kearah ranjang Nufus, tidak ada pergerakan pasti dari posisi tidur Nufus.
"Woy Fus? Bangun, suruh sarapan sama bunda tuh." Defan menggoyangkan badan adiknya tapi tidak ada respon.

"WOY ANJIR BANGUN KEBO BANGET PRAWAN-PRAWAN HERAN. UDAH SIANG INI WOY JAM 8." Defan berteriak di depan telinga Nufus, membuat cewek itu terlonjat kaget.

"Anjir, ape si bang? Masih ngantuk nih." Setelahnya Nufus kembali menidurkan badannya. Defan pun tidak kalah akal, dia langsung membuka selimut Nufus menampilkan badan Nufus dengan piyama stitch panjangnya. Kemudia dia tarik kaki kanan Nufus sampai cewek itu berada di ujung tempat tidur.

"Bangun gak lu, bangun! Buruan!" Ucap Defan sambil terus menarik paksa kaki kanan adiknya, membuat Nufus menabok keras kepala kakaknya.

"Defan setan." Umpat Nufus saat tubuhnya benar-benar setengah terjatuh diujung kasur.

"Hahaha... bangun makannya, noh ditungguin bunda di meja makan." Ucap Defan tertawa puas. senang sekali bisa menyiksa adik bungsunya itu. Defan tebak semalam dia pasti begadang nonton oppa-oppa, sudah kebiasaan lama dan bisa ditebak jika hari libur seperti ini Nufus seketika menjelma menjadi kalong. Yang melek di malam hari dan tidur di pagi hari. Satu lagi bagian paling mengasikan bagi Defan yaitu, saat Renata bundanya menyuruhnya membangunkan adik kalongnya itu.

"Duluan aja ih, masih ngantuk ini." Nufus kembali menarik selimutnya.

"Oh, jadi lu gak mau bangun nih? Oke." Defan berjalan keluar kamar kemudian berteriak. "BUNDA UFUS PINGSAN." Teriak Defan membuat Nufus langsung terlonjat dan melompat dari ranjangnya setelah itu dengan cepat kakinya berlari keluar kamar.

"Goblok banget punya abang. Heran." Ucap Nufus menabok kencang pundak Defan, membuat cowok itu refleks menjambak rambut bob milik Nufus.

"Anjir." Umpat Nufus saat merasakan rambutnya di tarik mundur oleh Defan.

"Suruh siapa tangannya enteng banget?! Di ajarin Ergan?" Ucap Defan menarik kerah baju tidur Nufus. Jika dilihat mereka persis seperti suami  yang tengah KDRT kepada istrinya, padahal mereka kakak beradik.

"Apesi ih lepasin. BUNDA BANG DEFANNYA NIH." Rengek Nufus meringis sakit,

"DEFAN." Renata berteriak dari arah meja makan, melerai kedua anaknya yang siap bertarung. Defan langsung melepaskan cekalan tangannya dari kerah Nufus.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seri NUFUS (Dua Benua).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang