Keempat 🔬

30 2 0
                                    

Setelah sesi curhat dengan kak San tadi, Nata tak masuk ke jam pelajaran selanjutnya. Ia memutuskan masuk ke ruang musik yang kedap suara. Disana ia bebas mengekspresikan isi hatinya. Apalagi ia jago dalam memainkan semua alat musik.

Dia mengalunkan beberapa lagu dengan diiringi beberapa alat musik. Kemahirannya dalam bidan Non akademik sudah tidak diragukan lagi.

Mulai dari menyanyi, band, renang, melukis, semua tentang kepenulisan, alat musik, beladiri, menari, memasak dan masih banyak lagi. Papahnya sampai sekarang pun masih bingung, darimana dia belajar semua itu? Padahal les saja baru dia tekuni 2 tahun yang lalu. Tetapi kemahiran yang dia dapat sudah terlihat sejak usianya 8 tahun.

Dia mulai merebahkan badannya di sofa besar berwarna hijau. Ia lelah harus menanggung kesedihan sendiri. Orang-orang selalu melihat dia bahagia. Padahal ia selalu kesepian. Tidak ada mamah yang menemani. Papahnya yang selalu bekerja hanya bisa menemani saat malam hari. Sebetulnya ia bersyukur karena bisa mendapatkan teman seperti Naiza dan Oji. Mereka dapat menginap di rumah Nata dengan sesuka hati.

Tetapi yang dia inginkan hanyalah kehadiran seorang mamah. Pernah sekali waktu itu, papahnya membawa seorang perempuan dan memperkenalkannya dengan Nata. Nata senang dan menyambut keberadaan perempuan itu dengan hangat. Nata merasa ia akan mempunyai mamah yang baru. Walau ia tau, mamahnya akan tetap selalu berada di hatinya.

Tetapi kejadian tak diinginkan terjadi begitu cepat. Calon mamah tirinya itu meninggal karena serangan jantung tiga hari sebelum acara pernikahan berlangsung. Nata hanya berdiam diri tak mau keluar kamar. Ia kehilangan orang yang dia sayang untuk kedua kalinya. Semenjak itu, ia tidak menginginkan siapa-siapa selain mamahnya yang sudah tenang di Surga.

Air matanya kembali turun. Semua kenangan indah bersama mamahnya terputar begitu saja. Baginya, tak ada yang lebih indah dibandingkan dengan kehadiran sang Mamah.

Ia memejamkan mata. Menikmati alunan lagu yang ia setel. Biarlah dia berisitirahat sejenak di ruang ini. Toh, tidak ada yang melarang juga.

🔬

"Lo tuh demen banget sih bikin ulah pas pelajaran bu Agni. Kasian tau dia. Lagian abis pelajaran dia bukannya masuk malah nambah ngelayap haduh"Naiza bingung sendiri dengan kelakuan sahabatnya itu.

Nata menatap Naiza dengan serius. Ia menceritakan kisahnya bertemu dengan Kalvano di perpustakaan. Tak lupa dengan Oji yang ikut menyimak.

"Gila kurang ajar tuh cowo!"ujar Oji tak terima.

"Biarin aja ji. Biar urusan ini gua aduin ke papah. Dia harus mempertanggungjawabkan semuanya"ujar Nata tanpa sedikit pun menyelipkan nada bercanda.

Oji dan Naiza sama-sama diam. Mereka juga tau, pasti Nata sedang merasakan sakit hati yang teramat dalam.

"Nataya!"panggil seseorang yang membuat Nata menengok.

"Dari tadi kok gua chat ceklis satu aja?"tanya Citra, teman di tempat les renang Nata.

"Handphone gua disita sama Bu Agni"ujar Nata.

Citra tertawa lepas.

"Dasar lo Nat! Btw, lo jadi les renang pulang sekolah?"tanya Citra.

"Jadi sih kayaknya. Gua nebeng lo ya"ujar Nata sambil cengengesan.

"Siap deh. Ya udah kalau gitu gua balik dulu ya. Nai, Ji.. duluan ya"ujar Citra.

"Yo mari"ujar Oji.

"Lo gak cape Nat tiap hari harus les terus?"tanya Naiza.

"Selama gua fun sih, semuanya beres"ujar Nata sambil tersenyum.

EINA ⏳Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang