"Udah lama gak makan sup buatan papah, kok makin enak ya pah?"Tanya Nata sambil terus menyuapkan kuah sup jagung itu ke mulutnya.
"Kan papah tuh sebetulnya titisan chef Juna. Kamunya ajak gak tau"ujar papahnya dengan pede sambil mengambil beberapa gelas.
"Pede banget deh! Tapi beneran ini enak banget pah. Besok bikin lagi ya pah"Ujar Nata.
"Bikin sendiri dong anak gadis. Papah juga mau nyobain masakan Nata yang cantik"ujar papahnya sambil menaruh bubuk minuman pada gelas.
"Yaudah ajarin ya pah"Ujar Nata dengan bersemangat.
"Iya InsyaaAllah nanti papah akan ajarkan"ujar sang papah sambil menuangkan air panas sedikit demi sedikit.
"Pah mau nambah lagi dong!"ujar Nata sambil menyodorkan mangkuk ke arah papahnya.
Papahnya menaruh gelas yang sudah berisi susu di atas meja dengan perlahan.
"Nih susunya"ujar sang papah dan kemudian mengambil alih mangkuk di tangan Nata.
Papahnya mulai menyendokkan kuah dengan sangat lihai.
Memang deh papah benar-benar titisan chef Juna.
"Eum, pokoknya enak"ujar Nata sambil menyendokkan kembali sup jagung itu.
"Oh iya, nih"sang papah memberikan sebuah kotak yang tertutup oleh koran.
"Apa?"tanya Nata kebingungan.
"Pikun kamu. Buka dong sayang"ujar sang papah.
Nata mengambil alih Kotak itu. Dibukanya benda tersebut dengan perlahan.
"Asik!! iPhone 11!!"Nata meloncat kegirangan.
"Duh makin rajin foto deh!"ujar Nata sambil terkekeh.
Ayahnya hanya menggelengkan kepala saja.
"Habiskan makanannya habis itu kerjakan PR-nya ya"ujar papah sambil mengacak rambut sang anak.
"Papah Ter the best!"ujar Nata sambil mengacungkan kedua jempolnya.
Papahnya tersenyum. Kenangan 18 Tahun kembali mencuat dipikirannya.
"Halim, kalau aku sudah fiks menjadi seorang ibu, kamu ingin anak yang seperti apa?"tanya Zeta kepada suaminya itu.
Halim tersenyum seraya mengusap kepala sang istri yang tertutup oleh hijab.
"Aku ingin anak yang seperti kamu. Baik, ramah, penurut, lugu dan lucu, juga berprestasi dalam bidang non-akademik. Bagiku, kamu adalah wanita yang sangat sempurna"ujar Halim.
Zeta tersenyum dan memeluk suaminya itu.
"Mas, doakan aku agar bisa memenuhi apa yang kamu inginkan ya"ujar Zeta sambil menggenggam erat tangan Halim.
Halim tersenyum seraya mengangguk.
"Kita berjuang sama-sama ya. Demi masa depan yang menjanjikan"ujar Halim.
Zeta tersenyum. Sekali lagi, ia harus bilang bahwa ia sangat bahagia.
"Pah kok ngelamun? Hello??"Nata menggerakkan tangannya di depan wajah sang papah.
Papahnya mulai mengerjapkan matanya. Ia baru tersadar bahwa ada setetes air mata yang mencelos dari kelopak matanya.
"Terus kenapa papah nangis gitu?"tanya Nata sembari mendekat ke arah papahnya.
Nata mulai menghapus bekas tetesan air mata itu.
"Nata salah apa sama papah? Nata minta maaf pah"Ujar Nata sambil memeluk papahnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
EINA ⏳
Teen FictionBagai Bidadari yang kehilangan sayapnya. Ia tak bisa terbang walau ada pesawat yang mampu mengantarkannya ke udara. Bahkan, dua mahkota pun hanya bisa memberi kebahagiaan sementara. Bukan kebahagiaan kekal yang selama ini dia inginkan. Berkat kecerd...