Satu

21K 354 5
                                    

"Brianna!"

Mendengar namanya dipanggil dengan nada kencang membuat fokus Brianna yang tengah membuat kue jadi terbagi. Perempuan itu lantas segera membersihkan tangannya dari tepung, lalu bergegas keluar dari dapur untuk menghampiri atasannya. Sebelum ia membuka pintu di depannya, Brianna mengetuknya pelan dan baru berani masuk ketika mendengar sahutan dari dalam.

Brianna berdiri ditengah ruangan, menunggu atasannya berbalik dan kembali meneriakinya dengna ucapan kasar seperti biasanya.Huft! Kali ini apa lagi kesalahannya? Batin Brianna bertanya, karena setahunya ia tidak melakukan kesalahan apa pun. Mungkin.

"Mrs. Gritte." Panggil Brianna pelan. Ia menunduk hormat ketika atasannya itu berbalik dan memandangnya tajam

"Kali ini kau sadar apa kesalahanmu, Brianna?" Tanya Mrs. Gritte dengan tangan bersedekap

Brianna diam, mulai memikirkan hal salah apa yang ia lakukan. Tapi setelah hampir dua menit diam, ia tidak mengetahui apa salahnya. Brianna lantas menggeleng pelan. "Maaf, Mrs. Saya--"

Map yang dibanting diatas meja membuat Brianna terkejut hingga memundurkan langkahnya. Ia pun menunduk, tak berani menatap langsung mata Mrs. Gritte.

"Kenapa  kau tidak mengantar pesanan untuk orang yang penting, Brianna?! Kau lupa sudah jam berapa ini?"

Baru setelah itu Brianna membelalakan matanya dengan mulut menganga saat mengingat jika ia lupa mengantar pesanan 100 kue lamington. "Mrs. Gritte. Saya--"

Mrs. Gritte hanya bisa memijit pelipisnya yang mendadak pening. "Pergi antar kue itu, Brianna. Kau masih punya waktu setengah jam."

"Baiklah, Mrs." Brianna bergegas keluar dari ruangan Mrs. Gritte dan berjalan menuju dapur. 

Sambil sesekali menatap jam yang tergantung di dinding, Brianna bergegas membungkus kue-kue yang akan ia antar. Untungnya saat itu ia dibantu oleh Bailee, salah satu rekan kerja Brianna, jadi pekerjaan Brianna bisa selesai lebih cepat.

"Bailee, terima kasih telah membantuku."

"Tidak masalah, Bri." Bailee menepuk bahu Brianna sekali lalu kembali ke pekerjaannya.

Brianna tersenyum lebar, ia pun melepas apron miliknya, menggantungnya di depan loker lalu merapikan rambut dan juga bajunya. Ia kemudian memasukan kue-kue ke dalam box motor dan segera menjalankan motornya ke alamat yang sudah diberitahu oleh Gritte.

***

Sampai di alamat yang ditunjuk oleh Mrs. Gritte, Brianna hanya bisa berdiri diam di depan sebuah bangunan megah di hadapannya ini. Ia bahkan sampai harus mendongak untuk mengagumi betapa tinggi bangunan di hadapannya. Ketika beberapa orang melihat kearahnya, Brianna lantas menunduk malu. Ia pun melangkahkan kakinya memasuki gedung itu, tapi penjaga keamanan menghentikan langkahnya.

"Maaf, Anda tidak boleh masuk."

"Hm..saya disini ingin mengantarkan pesanan kue atas nama Ms. Davia." Ucap Brianna sambil menunjukan kue yang yang ada ditangannya.

Penjaga keamanan itu tampak menatap Brianna lama sebelum berbalik badan dan berbicara melalui walkie talkie dengan seseorang. Setelah mendapat izin, baru setelah itu penjaga keamanan tadi menatap Brianna kembali. "Mari ikut saya," ucap penjaga keamanan itu.

Brianna menangguk, mengikuti langkah penjaga keamanan. Mereka berdua terus berjalan lurus, menyusuri lorong gedung yang terlihat indah dengan berbagai hiasan seperti lukisan dan guci-guci mewah. Brianna lagi-lagi dibuat kagum.

"Dari sini Anda bisa mencari seseorang bernama Carlos yang akan menunjukan Anda ruangan Ms. Davia."

"Baiklah, terima kasih."

Abrianna Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang