Update lagi nih, vote dan komen dong. Biar semangat gitu.
***
Brianna baru akan turun dari ranjang saat tiba-tiba saja pintu ruangan tempat ia dirawat terbuka. Wajah panik Ella adalah hal pertama yang Brianna temukan, ia lantas kembali duduk disisi ranjang, menunggu Ella yang tengah mendekat ke arahnya.
"Kau mau kemana? Keadaanmu belum pulih benar." Ucap Ella sambil membantu Brianna berbaring, tak lupa pula ia menyelimuti tubuh Brianna.
"Ehm...saya harus pulang."
"Tapi dokter belum memperbolehkanmu untuk pulang, Brianna." Ella menggenggam hangat tangan Brianna. "Tolong turuti ucapan dokter, kandunganmu masih sangat lemah."
Mendengar ucapan Ella itu, membuat Brianna sedikit terkejut dan segera melepas genggaman tangan Ella untuk memeluk perutnya sendiri. Ketakutan mulai menyelimutinya, ketika menyadari dengan siapa ia berbicara. Orang di depannya ini bisa saja akan berusaha menyingkirkan bayi dalam kandungannya, karena Brianna sadar siapa dirinya. Ia hanya perempuan miskin yang menyedihkan.
Ella tersenyum sedih saat melihat ekspresi takut Brianna, perlahan ia kembali menggenggam tangan Brianna meski pada awalnya wanita itu menolak. "Jangan takut, aku tidak akan berbuat jahat padamu, Brianna." Ella menghela nafas panjang. "Kau mengenal anakku?"
"Tidak!" Jawab Brianna cepat, dan Ella menyadari jika Brianna berbohong.
"Apa dia Ayah dari bayimu, Brianna?"
"Nyonya...saya..." Mata Brianna mulai berkaca-kaca, ia kemudian menunduk lalu menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya. Ia mulai terisak, mengingat bagaimana saat pertama kali ia terbangun di ranjang yang asing bersama pria yang menganggapnya seorang pelacur. Ya Tuhan! Hati Brianna masih sangat sakit untuk mengingat tentang hari itu. "Saya bukan pelacur." Lirih Brianna.
Ella pun berdiri dari duduknya lalu menarik Brianna kepelukannya. Ia mengusap lembut punggung Brianna, berusaha untuk menenangkan tangis Brianna. "Maafkan Putraku, Brianna. Aku berjanji akan membuatnya bertanggung jawab."
"Ap-apa?" Brianna perlahan mengurai pelukan, memandang Ella dengan tatapan tak mengerti. "Bertanggung jawab?"
"Iya, aku akan menyuruhnya menikahimu."
"Nyonya...saya tidak bisa memaksanya untuk menikah dengan saya." Ucap Brianna. Ia tidak bisa membayangkan jika ia harus menikah dengan pria yang melukai harga dirinya. Brianna tidak akan sanggup.
"Aku mohon, Brianna. Demi bayimu."
"Saya...tidak tahu harus bagaimana. Bisakah Nyonya tinggalkan saya sendiri dulu?"
"Baiklah. Aku akan memberimu waktu," Ella tersenyum hangat sambil mengusap punggung tangan Brianna pelan. "Aku harap kau menyetujui pernikahan ini, Brinna."
Brianna hanya diam, tak menggeleng dan tak juga mengangguk. Akhirnya Ella pun memilih keluar dan menutup pintu secara perlahan.
Tangis Brianna kembali pecah setelah Ella keluar. Ia lantas berbaring miring menghadap jendela, lalu menarik selimut hingga ke kepala dan menangis tanpa suara disana. "Ibu...Ayah...aku harus bagaimana?" Lirih Brianna pelan.
Suara pintu yang terbuka membuat Brianna harus membekap mulutnya sendiri untuk menahan tangisan. Brianna merasakan seseorang berdiri dibelakangnya, tapi Brianna tidak tahu itu siapa, karena seseorang itu hanya diam saja.
Hingga suara pintu kembali terdengar, Brianna baru berani menurunkan selimut dari wajahnya. Ia bernafas lega karena sudah tidak siapa-siapa disana. Brianna lantas mengubah posisinya jadi menatap langit-langit kamar, terdiam beberapa saat untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abrianna
RomanceKejadian satu malam itu benar-benar kesialan bagi Adam Chaiden. Ia yang awalnya hanya ingin bersenang-senang, malah berujung harus menikahi Abrianna, perempuan antah berantah yang katanya tengah mengandung darah dagingnya. Adam tentu saja tidak lan...