3

17 5 0
                                    

"hmm ttapi gimana ya, walau keadaan apapun kami harus memberitahu kepada keluargamu" ucap dokter.

"ttapi dok aku mohon bantu aku sekali ajh…" rengeknya

"hmm… iy tapi jaga kondisi kamu, kamu bisa menjalankan serangkaian kemoteraphi atau meminum rutin obat obat yang saya kasih" seru dokter.

"makasih dok..." ucapnya sambil terseru bahagia.

"Mah... Pah... Aku bahagia arul g kenapa napa. Aku rela kalau aku yang terluka " gumamnya dalam hati.


※「alone」※※


Matahari sudah mulai muncul sedari tadi,sinarnya mulai masuk ke celah celah fentilasi dan seorang gadis terbangun karna ia merasa bahwa mimpinya harus di usaikan.

"Huaahhh...." teriaknya sambil merentangkan tangan ke atas dan masih berusaha untuk membuka matanya lebar lebar.

Ia berpikir sejenak. "Gimana kalau aku sekolah di kampung ajah. Ahh y mungkin itu cara terbaikku untuk menenangkan diri (melarikan diri dari permasalahan) mungkin itu bisa membuat keluargaku sadar kalau selama ini aku ada" gumamnya dengan perasaan yang cukup berat untuk meninggalkan keluarga kecilnya yang sangat ia sayang, walau ia tahu bahwa keluarganya tak pernah menggap ia ada.

" ah aku harus bilang itu sama mamah dan papah dulu" lanjutnya dengan berjalan memasuki kamar mandi karna ia akan berangkat sekolah.

Beberapa menit...

"dek... Pah... Makan dulu nih cepetan keburu dingin,"teriak wanita paruh baya yang tak lain adalah mamah mereka.

Dengan perasaan sakit bagai teriris pisau yang tajam Dhia turun, sedikit demi sedikit anak tangga ia lalui. Dan y inilah puncaknya, ia melihat kebahagiaan tanpa dirinya. Melihatnya ia hanya bisa tersenyum tipis menandakan sakit yang teramat dalam.

"Kak.. Ayo makan dulu, ini kan masih pagi kak" ujar seorang anak laki laki

"Euh.. Engga deh dek aku ada acara di sekolah jadi aku berangkat lebih awal." ucapnya dengan senyum tipis.

Entahlah ia merasa pagi ini sangat kacau untuknya.

"Hikss.... Hiksss... Hii.... Tuhan tolong aku mengapa orangtua ku tak pernah memedulikanku lagi apa mereka belum puas dengan 3 tahun tidak memperdulikan ku hiks... Hikss.. Aku lelah tuhan betapa banyak cobaan yang kau beri padaku, aku mencoba untuk bertahan sekuat apapun hiks... Hiks... Tapi aku tetap tak sanggup.." serunya dengan nada terisak sembari menyusuri jalan untuk pergi ke sekolah.

Entah sudah berapa lama ia sampai tapi pagi ini tak seperti pagi biasanya. Y yang biasa Dhia lakukan adalah tersenyum walau hatinya rapuh, tapi entah lah sekarang ia benar benar sangat hancur, keheningan memang mulanya terjadi tapi setelah pak guru masuk lamunan Dhia pun hilang.

"selamat pagi anak anak" seru seorang guru laki laki sembari masuk. Ia adalah pak Rizal, y ini adalah jadwalnya ia mengajar di kelas Dhia.

"pagi pak" ucap seluruh murid dengan suara yang lantang.


"Baiklah karena hari ini jadwal saya dan selaku saya wali kelas kalian, saya akan mengumumkan hasil UN kalian minggu kemarin." ucap pak Rizal.

" Y baiklah yang mendapat UN tertinggi untuk tahun ini adalah D...H... Hayo siapa menurut kalian ?" seru pak Rizal yang membuat semua murid bertanya siapakah yang pak Rizal maksud.

" hmm.. Mungkin Dhifa atau Dhika, mereka siswa paling pinter," seru siswa.

"hmzzz.. Kalian salah UN tertinggi untuk tahun ini adalah Dhia...." teriak pak Rizal dengan kencang.

Dhiyon pov

"hmzzz.. Kalian salah UN tertinggi untuk tahun ini adalah Dhia...." teriak pak Rizal dengan kencang.

"hhahh...."ucap ku dengan bangga dan heran.

" y kamu Dhia selamat y" ucap pak Rizal.

"iiya.. Pak, makasih," jawabku.

"mah,pah aku berhasil aku bisa banggain kalian dengan prestasiku. Y walau ini tak seberapa tapi aku harap kalian bangga padaku." serunya dalam hati dengan perasaan bangga dan takut.

Dhiyon pov end

Y ia takut karena tetap saja dengan ini orangtuanya tak pernah bangga bahkan untuk sekarang menganggap ia hidup saja tidak.

I'm brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang