Baikan

39 4 0
                                    

Tidak ada yang perlu aku sesali..
Aku merelakanmu...
Dengan cara apapun....
Takdir menolak kita untuk selalu bersama - Andhara

*******

Suasana gramedia sekarang sangat ramai, banyak pengunjung rata-rata anak remaja yang menghabiskan waktu liburnya dengan membeli Novel kesukaan mereka.

Setelah berdebat di cafe untuk menyelesaikan keselahpahaman, Andhara dan Fajar berakhir di Gramedia untuk memenuhi syarat dari Ara agar mau memaafkannya.
Ara meminta Fajar untuk membelikan beberapa Novel yang dia suka, meski ini pemerasan tapi Fajar tetap menuruti syarat tersebut agar semuanya selesai.

"Ra udah dong, kasihan dompet gua" keluh Fajar melihat Ara mengambil beberapa Novel.

"Nanti ini belum semua. Masih ada 2 lagi yang belum" ujar Ara

"Busett dah, itu udah sepuluh Ra. Emang kurang banyak? " tanya Fajar

"Udah diem, bawel amat lu. Katanya mau gua maafin"

"Ya tapi ga gini juga kali. Kalo mau minta beliin novel sebanyak ini ke si Naoki aja sana, dia kan pacar lu"

"Tadinya sih mau gitu, tapi kalo ke Naoki ga tega takut uang dia habis. Terus nanti dia mikir gua matre lagi"

"Jadi kalo sama gua lu ga tega?"

"Gak lah. Lagian lu kan yang salah. Udahlah duit lu ga bakal habis kalo cuma buat beli Novel doang."

"kalo novelnya satu sih gapapa. Lah ini sepuluh"

"katanya kaya, baru beli novel sepuluh aja bawelnya minta ampun" sinis Ara.

Fajar menghela nafas pasrah, hanya itu yang bisa ia lakukan. Tapi gapapa lah demi doi, walaupun nanti pulang dimarahin sama bokap.

******

Sebuah motor besar milik Fajar terparkir di sebuah pemakaman besar. Ara meminta Fajar untuk mampir sebentar karena hari ini ulang tahun mama nya. Jadi, dia ingin mengunjungi mamanya.

"Ara kangen mama" seru Andhara lirih. Tiap mengingat mamanya, dadanya sesak. Sesuatu yang besar hilang dari hidupnya.

Ada rindu didada, yang tidak pernah terucap, cukup dinikmati sendiri saja.

"Selamat ulang tahun ma. Kalo mama masih ada pasti kita sekarang lagi kumpul dirumah bareng papa sama bang Garen buat rayain semuanya"

"Aku kangen masa dimana kita semua kumpul sambil tertawa bahagia, aku kangen masakan mama, aku kangen ciuman mama, aku kangen semuanya ma" bibirnya bergetar menahan tangis yang bertumpu didada.

"Mama baik-baik aja kan disana? Kata bang Garen tempat itu damai" lirih Andhara.

Tangannya terulur menyentuh batu nisan bertuliskan nama Meisha Salsabilla. Dadanya sakit melihat nama tersebut.

"Maafin Ara yang gak bisa jaga papa, papa lebih sayang sama mereka dari pada kita" airmata merembes deras. Berusaha dia tahan namun dibatas kemampuannya.

Fajar yang duduk di samping Andhara, mengelus pundak cewek itu. Sedari tadi dia sengaja berdiam di samping, membiarkan cewek ini menyampaikan perasaannya dengan bebas. Tapi, dia tidak tega setelah melihatnya menangis.

"Udah Ra kasian mama kamu nanti dia sedih lihat kamu nangis kayak gini" ujar Fajar.

Andhara menoleh ke samping, tealu sibuk dengan perasaannya membiat dia lupa bahwa dia datang kesini tidak sendirian.

"Sorry gua jadi nangis di depan lu deh" ucapnya pelan.

"Di samping kali bukan depan, kan gua lagi di samping lu" Fajar terkekeh.

"Sama aja, udahlah ga usah ngajak ribut." Andhara kembali menatap pusaran di depannya. "Ma kenalin ini Fajar temen aku"

"Halo tante saya Fajar calon pacarnya Andhara anak tante ini, bukan temennya"Fajar tersenyum setelah mengatakannya.

"Apaansih, cuma temen juga ngaku-ngaku aja" ucap Andhara sinis.

"Kan gak ada yang tahun ke depannya kayak gimana"

"Udahlah jangan debat disini, malu sama yang gak kelihatan" ujar Andhara

"Bikin parno aja lu" Fajar mengusap nisan di depannya. "tante tenang aja Andhara aman sama saya, saya akan jaga dia" ujar Fajar dengan ketulusan.

Andhara menatap Fajar sebentar "Ayo pulang udah mendung, takut kehujanan di jalan" ucap Andhara mengalihkan topik.

"Yaudah ayo" ajak Fajar.

Andhara mengecup nisan lama,  bersamaan dengan air matanya menetes. "Nanti aku dateng lagi ya ma. Baik-baik disana" suaranya bergetar.

Dengan langkah gontai dia meninggalkan pemakaman.

Tidak ada yang perlu aku sesali,
Aku merelakanmu ma,
Dengan cara apapun,
Takdir menolak aku dan mama bersama.

Dalam perjalanan pulang Andhara hanya berdiam, matanya menangkap sesuatu di pinggir jalan. Tapi dia ragu, pasti dia sudah salah liat. Mana mungkin Naoki dan Aksel pergi berdua tanpa mengabari dia, berpelukan pula di pinggir jalan.
















Halo guys, balik lagi sama aku nih. Sorry baru update,  soalnya baru sempet. Don't forget vote, comment, and share 😀 maaf kalo ada typo dan ceritanya gaje. Maklum baru pemula

Confuse LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang