“cantik.”
---
---
---
“hah?”
---
---
“sepertinya tetangga kita cantik.” Ucap Namjoon dengan tatapan mengarah pada taehyung.
Kenapa Namjoon hanya menerka-nerka?
Sebab wanita itu hanya menampakan punggung serta rambut panjangnya. Tidak dengan wajahnya.“jadi?—”
“Unit sebelah kita, sudah ada yang mengisi?”
“Tidak kosong lagi??”
Rentetan pertanyaan Taehyung hanya di jawab anggukan oleh Namjoon.
Akhirnya Taehyung dapat bernafas lega, karena yang ia lihat adalah manusia. Dan dua pria ini kembali mengarahkan pandangannya pada sosok wanita yang berdiri di balkon sebelah unitnya.
Sesaat hening menemani dua pria dewasa, dengan pikirannya masing-masing.
“kau tidak lelah Taehyung-ah? Tidak ingin tidur seperti hyung-hyungmu atau pun sang maknae?” tanya Namjoon dengan posisi yang masih sama begitupun Taehyung.
“akan segera tidur. Tapi aku akan mencuci gelasku dulu sebelum sisa coklatnya mengering.” Jawabnya dengan menunjukan gelas kosong, hanya tersisa kerak coklat panas yang telah habis diminumnya.
“baiklah, aku duluan.” pamit Namjoon sebelum menuju kamar yang ditempatinya.
Tidak lama Namjoon pergi, Taehyung pun segera ke dapur untuk mencuci gelas dan mematikan listrik yang tidak perlu menyala semalaman, lalu kembali ke kamarnya.
---
Tetangga sebelah.
beberapa mungkin benar sudah merajut mimpi, sedangkan sisanya masih ada yang berkutat dengan sebuah kegiatan. Entah bermain game di handphone, membuat lagu baru, menonton video, apapun itu.
Berbeda dengan mereka. Sosok wanita yang menjadi bahan perbincangan Taehyung dan Namjoon tadi, ia masih betah berlama-lama di balkon apartemen yang ia tempati walaupun belum genap sebulan.
Sedari awal Irene menikmati angin malam di balkonnya, sayup sayup ia mendengar suara nyaring dari tetangga sebelah. Tapi semua itu tidak membuat dirinya terusik ataupun merubah posisi berdirinya.
Mata dan fokusnya hanya tertuju pada langit malam yang tidak berujung.
Irene tengah membenci hidupnya.
Tidak..
Mungkin lebih tepatnya sedang membenci apa yang harus ia lakukan di waktu mendatang. Jauh-jauh dipulangkan dari Daegu (salah satu kota yang berada di korea selatan) ke Seoul, meninggalkan rumah lamanya untuk mengikuti -mungkin- permintaan ayahnya. Entahlah firasatnya tidak yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile, you
Teen Fiction"Sibuk itu omong kosong. Semuanya tergantung prioritas." Irene menatap tajam ke delapan pria di hadapannya bergantian. Mereka bungkam mendengarkan penuturannya. "Dan kebetulan... mungkin aku bukan termasuk prioritasnya." tambah Irene. Tidak kuat di...