chapter terpanjang yang aku buat. Semoga bisa nebus keterlambatan update ceritanya.
klo minta maaf lagi, udah terlalu sering 😭
intinya happy reading!!
Ps. klo lupa jalan ceritanya, bisa dibaca ulang chapter sebelumnya.
---
Juni 10, 2019 – 11.02 KST
Irene merasakan hawa dingin disekitar tubuhnya. Entah karena pendingin ruangan yang terlalu dingin atau karena ketahanan tubuhnya yang masih tidak baik. Ditambah kepalanya terasa berat, begitupun matanya.
Tapi perlahan-lahan Irene mencoba membuka matanya, membiasakan dengan cahaya yang masuk. Beberapa kali mengerjap hingga semua keburaman lenyap.
berharap sakitku ini hanyalah prank, tapi nyatanya aku masih ada di rumah sakit –batin Irene saat matanya melihat langit-langit yang sama dengan yang ia ingat sebelum tertidur.
Hmm.. bisa mati bosan tanpa ada yang menemani. –keluhnya.
Irene berbohong dengan Wendy, perihal ayahnya yang akan datang dua hari lagi. Ia harus berbohong supaya Eonni barunya itu dapat tenang meninggalkan dirinya karena memiliki tugas luar kota. Dan untuk alasan kenapa ayahnya tidak dapat menemuinya barang lima menit. Itu masih sama. Karena ada pekerjaan yang lebih penting dari pada menjenguk anaknya yang sakit.
Bosan dengan pemandangan langit-langit bercat putih dan terdapat lampu pijar yang masih menyala. Irene perlahan ingin mencoba merubah posisi tidurnya, menyamping ke kanan.
Matanya membulat melihat sofa yang berada di ujung ruangan. Ada yang menghuninya.
Taehyung dan Jimin.
Mereka menyenderkan tubuhnya disofa dengan wajah yang menghadap langit-langit. Irene tidak tahu mereka tertidur atau tidak, tapi yang jelas matanya terpejam.
Dan pemandangan itu lebih menarik dibanding langit-langit putih, menurut Irene.
Ditengah-tengah aktifitasnya menatap dua manusia yang entah kapan datang dan bisa tahu keberadaan dirinya. Walaupun Irene yakin mereka tahu pasti dari Wendy eonni.
Ketika otaknya memikirkan banyak hal. Tiba-tiba saja salah satu dari dua orang yang menghuni sofa diruang rawatnya, menegakan tubuh dan mengarahkan matanya pada Irene. Terbelalak tentunya, begitupun Irene.
“rene..” dengan suara khas orang bangun tidur, pria itu buru-buru berdiri dan menghampiri ranjang Irene.
“kenapa? Ada yang dirasa? Kata dokter kamu bangun nanti sekitar sejam atau dua jam lagi, atau haus? Mau diambilkan minum? Atau apa?” tanyanya begitu banyak.
Membuat Irene tidak bisa menahan senyumnya dan hatinya menghangat dengan sorot khawatir yang Taehyung perlihatkan secara terang-terangan.
“tadi sedikit pusing, tapi sekarang tidak lagi.” tanggap Irene.
“mau di panggilkan dokter?” tawar Taehyung dengan mata yang terus menatap setiap gerak Irene.
Hampir membuat rona merah pada pipi yang di tatapnya muncul. Manusiawi bukan merasa malu karena di tatap dengan intens oleh lawan jenis. Untung Irene segera mengalihkan matanya ke arah lain.
Karena tidak nyaman dengan posisi tidurnya, Irene mencoba mendudukan diri dan dengan sigap Taehyung membantunya.
Tepat ketika posisi duduk Irene sudah cukup nyaman. Seorang suster masuk, berjalan kearahnya dan tersenyum. “boleh saya periksa dulu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile, you
Teen Fiction"Sibuk itu omong kosong. Semuanya tergantung prioritas." Irene menatap tajam ke delapan pria di hadapannya bergantian. Mereka bungkam mendengarkan penuturannya. "Dan kebetulan... mungkin aku bukan termasuk prioritasnya." tambah Irene. Tidak kuat di...