Yang lupa sama jalan ceritanya, aku saranin buat baca chapter sebelumnya :)
Happy reading
---
Hari-hari setelah pemakaman Ibu. Aku pikir, rasa kehilangan itu hanya sebagian yang akan ku rasakan.
Satu-satunya sosok yang tersisa,
satu-satunya pegangan yang aku punya.Tubuhnya saat ini berada tepat di hadapanku,
namun kehadiran dia bukan untukku.Kenyataan itu, membuat aku menyadari satu hal.
Bahwa aku tidak ada apa-apanya di bandingkan mereka.
Wajar bukan, jika rasa iri ini semakin membesar?
-Irene
---
"apa kamu sudah tidak waras?"
Pertanyaan sarkas seperti itu, sudah tidak memberikan efek luar biasa lagi pada Irene.
Flashback on,
beberapa waktu yang lalu~~.
.
.
"Irene perkenalkan ayah kedua kita, yang membuat nama kita dikenali banyak orang." Ucap Seok Jin dengan semangat. Taehyung dan Suga menganggukkan kepalanya, membernarkan kalimat yang di ucapkan Seok Jin.
Seseorang yang di perkenalkan Seok Jin hanya diam mematung, melihat Irene yang juga sama mematung seperti dirinya.
Irene yang terbiasa mengubah raut wajahnya dalam sekejap, langsung membungkukkan tubuhnya sebagai bentuk sopan santun kepada yang lebih tua.
"Bae Irene. Senang bertemu dengan anda..." Ucap Irene setelah kembali meluruskan tubuhnya. Tanpa tersenyum, hanya menatap pria itu dengan seksama.
Setelah basa basi perkenalan dan sedikit bercengkrama, pria yang di perkenalkan oleh Seok Jin pamit undur diri karena katanya ia memiliki sebuah urusan mendesak.
Urusan mendesak..
Terdengar sangat klise di telinga Irene, membuat dirinya menyeringai kecil. Tanpa ada yang menyadari.
Tidak lama setelah pria itu undur diri, Irene juga pamit untuk kembali ke ruang rawatnya.
Sebelum Taehyung atau Suga menawarkan diri untuk mengantarnya, Irene sudah lebih dulu berkata jika ia ingin kembali ke ruang rawatnya sendirian. Dan syukur, tidak seperti biasanya permintaan Irene dituruti dengan mudah.
Sejujurnya Irene tidak ingin kembali ke ruang rawatnya, namun hati memaksa ia untuk segera kembali. Rasanya seperti ada yang menunggu ia di ruang rawatnya.
Flashback off~~
.
.
.
Firasat Irene sangat tepat.
Sudah ada seseorang yang menunggu ia.
Berhubung letak sofa untuk tamu yang ada didalam ruang rawatnya menghadap pintu keluar. Jadi, sebelum membuka pintu pun, Irene sudah dapat melihat siapa yang menunggunya.
"apa kamu sudah tidak waras?!"
Belum sampai Irene benar-benar merapatkan pintu setelah ia masuk, pria itu sudah melontarkan pertanyaan sarkas pada Irene.
KAMU SEDANG MEMBACA
Smile, you
Teen Fiction"Sibuk itu omong kosong. Semuanya tergantung prioritas." Irene menatap tajam ke delapan pria di hadapannya bergantian. Mereka bungkam mendengarkan penuturannya. "Dan kebetulan... mungkin aku bukan termasuk prioritasnya." tambah Irene. Tidak kuat di...