Semenjak pertemuan hari itu, Yunseong jadi semangat untuk pergi ke kampus keesokan harinya meski ia tidak memiliki keperluan apapun di sana. Yunseong adalah orang yang pemalas. Sangat pemalas yang bahkan 90% dari keseluruhan aktivitasnya digunakan untuk rebahan.
Namun begitu bertemu dengan Sprite—Yunseong menamainya seperti itu karena ia belum mengetahui nama aslinya, ada perasaan menggebu-gebu dalam hatinya untuk mengalahkan seluruh perasaan malas dan berangkat ke kampus hanya untuk menemui sosok yang telah mencuri perhatiannya itu. Seseorang yang berhasil membuatnya merasakan perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan selama belasan tahun ia hidup di dunia.
Pemuda Hwang itu mengedarkan pandangannya di seisi kampus yang ramai dengan para mahasiswa baru yang tengah bercengkrama satu sama lain, berusaha menemukan seseorang yang membuatnya tidak dapat tidur semalam.
Seluruh atensinya kemudian jatuh pada seorang lelaki berambut pirang yang tengah duduk menyendiri di pojok kantin sembari menyantap makan siangnya. Setelah memastikan bahwa sosok itu adalah orang yang ia cari, Yunseong bergegas menghampiri lelaki manis itu."Hai."Yunseong menarik kursi di hadapan lelaki itu dan mendudukinya.
Sementara yang disapa hanya melirik sekilas lalu kembali menyantap makanannya, sama sekali tidak tertarik dengan kehadiran pemuda bermarga Hwang itu.
"Kita belum kenalan loh."Yunseong kembali berkata dan lagi-lagi tidak diindahkan sama sekali oleh lelaki manis di hadapannya.
"Nama aku Yunseong."
Sumpah, ga nanya. Sosok di hadapannya membatin.
"Nama panjangnya, Yunseeooonnngggg."pemuda Hwang itu berteriak panjang.
Pait pait pait. Lelaki manis itu mempertahankan ekspresi datarnya meski dalam hati ia menahan mati-matian hasrat untuk melontarkan sumpah serapah. Apalagi saat melihat Yunseong terbahak menertawakan perkataannya sendiri, lelaki bersurai putih itu ingin sekali melayangkan tinjuan pada wajahnya.
Setelah tawanya mereda, pemuda Hwang itu kembali bertanya. "Kamu sukanya apa? Kalo aku sih sukanya nyanyi sama main gitar. Tapi selain nyanyi dan main gitar, aku juga suka kamu." Yunseong lalu cengengesan sendiri.
Yunseong yang masih asik cengengesan tiba-tiba dikejutkan dengan gerakan sosok di hadapannya yang membanting sendok plastik ke atas meja, sosok itu berdiri dengan terburu-buru dan berniat untuk pergi namun Yunseong dengan cepat menahan lengannya.
"Eh mau kemana?"raut wajah Yunseong berubah saat melihat makanan milik lelaki itu yang masih utuh separo. "Kalo makan dihabisin. Kamu tau ga buat jadi beras dari padi itu perjalanannya sepanjang apa? Selama apa? Jangan dibiasain buang-buang makanan di saat banyak orang di luar sana mati karena kelaparan, Sprite."
Sosok itu terlihat terkejut saat Yunseong menceramahinya, namun keningnya segera membentuk kerutan halus saat menyadari keanehan di ujung kalimat pemuda itu. "Sprite?"
"Alhamdulillah bersuara juga. Kirain aku ngomong sama bebek baling-baling yang dipajang di stang motor."
Lelaki bersurai pirang itu memejamkan mata dan menghela nafas panjang. Balik lagi sintingnya.
"Saya ga tau dan ga peduli kamu siapa. Tapi tolong, jangan ribut dan jangan ganggu karena saya mau makan dengan tenang."
Yunseong lagi-lagi dibuat terpesona dengan suaranya yang halus. Rasanya kalo telinga bisa meleleh mungkin sekarang telinganya udah meleleh.
"Oke. Tapi kasih tau dulu nama kamu siapa, baru aku diem."
"Kang Minhee, udah kan?"
Misi pertama. Tau namanya. Sukses.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sprite •hwangmini•
HumorYunseongnya bucin, Minheenya datar. Bener kok ini deskripsinya. Iya, ga kebalik. © petiteminhee, 2019.