.
.
.
.
.
.Liat senyum nya satu detik, bahagianya satu abad. Eh.
.
.
.
.Cila mendengus sebal, sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Mely. Brian -mantan nya Mely- tak henti mengetuk pintu rumahnya. Cila jengah. Ia kembali membuka pintu untuk kedua kalinya.
"Bisa diem gam sih lo!"
"Gue akan diem habis lo kasih nomor Mely yang baru."
Cila menghela nafas kasar, tak habis pikir dengan lelaki yang satu ini." Gue bilang nggak ya nggak! Tanya sana sama orang nya sendiri."
"Cila please! Gue masih sayang sama Mely." Brian memohon.
Cila tertawa meremehkan. Apa? Sayang katanya?
"Sayang kata lo? Mikir bodoh!" Cila mulai jengah dengan situasi ini. "Sana urus urusan lo sendiri, jangan ganggu gue, bye!"
Cila masuk dan menutup pintunya dengan sedikit kasar. Tak peduli jika memang Brian akan terus mengetuknya.
Disisi lain, Mely tengah berjalan-jalan santai di mall seorang diri. Hatinya senang, sungguh senang. Mungkin ini adalah hari terindah sepanjang 22 tahun hidupnya. Lebay ah!
Ia memandang album yang ada di genggaman nya tersenyum bangga. Mely menepi pada kedai kopi dan memesan segelas americano dingin kesukaan nya. Tenggorokan nya serasa kering setelah dipakai sorak-sorak tadi. Mely melihat antrian di depan nya lumayan panjang. Walaupun harga kopi disini lumayan mahal, tapi tidak menyurutkan orang-orang untuk membeli.
Mely melihat kesekeliling ruangan, tak sengaja ia melihat seorang mbak-mbak yang ia taksir umurnya melebihi kepala tiga tengah sibuk menelpon di meja sudut ruangan. Gurat kekhawatiran tercetak di wajah cantiknya. Ya menurut Mely dia cantik, banget malah.
Kopi pesanan Mely telah siap, selepas membayar ia pun segera pergi meninggalkan kedai itu. Baru saja berjalan beberapa langkah, lagi-lagi seseorang menabraknya. Kopi di genggamannya pun ikut tumpah mengenaim celananya sebatas paha.
Dua kali aja gua ditabrak! Satu kali lagi dapet piring kali ya.
"Jeosonghabnida!" Ucap seorang perempuan yang menabrak Mely.
Mely seketika melihat kearah sumber suara. Aah, ternyata itu mbak-mbak yang ia perhatikan tadi. Raut wajah nya terlihat seperti sedang terburu-buru.
"Im so sorry." Ucap wanita itu sambil menundukan setengah badannya.
Ternyata wanita itu orang korea, terlihat dari cara dia meminta maaf. Dan Mely tebak pasti ia juga kurang mahir berbahasa inggris.
"It's okay. No problem." Balas Mely.
Wanita yang tak diketahui namanya itu senyum sekilas dan segera pamit. Ia pergi dengan sedikit berlari dan tanpa disadari dompetnya terjatuh. Mely yang melihat itu pun segera mengambil dan berusaha mengembalikan. Namun wanita itu telah pergi jauh dan sudah tidak terlihat lagi.
Mely membuka dompet itu dan menemukan tanda pengenal. Ada sebuah kartu pegawai SM Entertaiment.
"Gila. Staff SM, coy!"
Mely melihat nama yang tertulis di kartu tersebut. Kim ye ri. Ada nomor yang tertulis disana. Segera Mely mengambil ponsel dan menghububgi nomor tersebut.
"Yeoboseyo?" Suara seseorang dari sebrang telepon.
"Hello, is this Ms. Yeri Kim? I just found this wallet and apparently it belong to Ms.Yeri Kim. I want to return this wallet but i dont know where." Jawab Mely.
"Aahh im Kim Ye Ri. Thank you so much. I thought it was lost. Im really sorry but can you meet me at the hotel across the mall?"
"Sure i'll be there in a few minutes."
"Khamsahamnida." Balas Yeri-ssi.
Mely segera beranjak menuju hotel di sebrang jalan sana. Ia segera menuju basement untuk mengambil motor matic nya.
Mely berharap banyak bisa bertemu member EXO kembali di hotel itu walau hanya sebentar. Hati nya senang sekali, hari ini benar-benar hari keberuntungan nya. Setelah ia memarkirkan motornya, Mely pergi ke ruangan yang tadi telah diberitahu Yeri-ssi sebelumnya.
Mely menatap nomor ruangan yg ditempel pada pintu. Benar ini ruangannya, tapi kenapa dijaga ketat sekali. Ada dua orang dengan pakaian serba hitam berjaga disana.
Baru saja Mely hendak mendekat, dua orang itu langsung menghadangnya.
"Maaf, yang tidak berkepentingan dilarang masuk."
"Saya ingin bertemu dengan Kim Ye Ri, ada barang yang harus saya berikan untuknya." Jawab Mely.
"Bisa lihat identitas nya?"
"Saya bukan penjahat pak!" Jawab Mely kesal. Kenapa juga harus dijaga seketat ini. Serasa ingin bertemu presiden saja, batin nya.
"Ada apa?" Seseorang datang mendekat. Badan nya tinggi tegap dibalut dengan kemeja oversize dan jeans abu-abu serta sepatu converse yang dipakai seperti sendal. Wajah nya tertutup dengan masker dan topi hitam. Ditelinganya juga bertengger headset putih di sebelah kiri saja.
Mely kenal suara ini. Cara berbicaranya dengan logat yang bukan indonesia. Suara berat sedikit sangau. Ini suara jodohnya!
.
.
Tbc💕
.
.
Vote dan komen zheyenk.
Thankyou for reading .
Much luv
Beloved author hihi
KAMU SEDANG MEMBACA
KIM JONG IN THE MIRACLE
FanfictionBagaimana perasaan mu ketika tanpa disengaja bertatapan muka dengan idola mu. Kim Jong In. Siapa yang tidak tahu lelaki satu ini. Rahang tegas, wajah tampan nan rupawan. Tubuh tinggi menjulang. Sangat proporsional. Sebuah pertemuan yang mengubah h...