Empat | Back to reality

63 5 0
                                    

.
.
.
.
.
.

Selamat membaca zheyeng💖
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini mood Mely sedang naik, baik sekali. Ia tersenyum disepanjang jalan koridor menuju ruang dosen pembimbing nya. Mengingat-ingat keberuntungan nya kemarin rasanya ia ingin hidup di hari itu selamanya saja. Ah ini lebay!

Hari ini ia semangat sekali untuk bimbingan skripsinya. Hari ini ia akan mengajukan judul dan semoga kali ini diterima. Kalau sudah lulus kan lumayan, kali aja dia bisa melamar kerja di SM ent, kan lumayan liat cogan-cogan bikin mata sehat terus.

Mely mengetuk pintu ruangan dan segera masuk.

"Pagi pak." Sapa Mely sopan.

"Sudah dapat judul yang pas?"

"Bapak meremehkan saya?" Mely mengangkat sebelah alisnya.

"Hahaha gurau saja Mel, silahkan duduk."

"Tidak lucu Bapak Arfan yang terhormat." Mely menarik kursi yang bersebrangan dengan dosbingnya dan segera duduk. Tangan nya ia taruh di atas meja yang menjadi pembatas antara mereka.

Arfan, seorang dosen yang menjadi pembimbing skripsi Mely. Ia baik dan bisa dibilang "good looking". Salah satu dosen muda yang digemari okeh hampir seluruh mahasiswi seantreo kampus, kecuali dirinya. Tolong digaris bawahi. Bagaimana tidak, sudah tiga kali judul skripnya ditolak oleh manusia satu itu.

Mely menyerahkan kliping skripsi yang ia bawa. Arfan pun mengambil itu dan segera membacanya.

"Oke, ini lumayan. Kamu di Acc."

"Lumayan?" Balas Mely tidak percaya.

Untung dosen, kalo kaga abis lo! Batin Mely. Mely mencari-cari referenai sehari semalam dan apa katanya? Lumayan?

"Cukup untuk bimbingan kali ini, kamu bisa kembali."

"Oke pak. Terimakasih."

Mely keluar dari ruangan dosbing nya dan melangkahkan kaki ke Cafe di seberang kampus menemui Cila yang tengah menunggunya. Hari ini lumayan terik namun terasa segar. Angin yang berhembus menerpa kulit wajahnya dan sedikit mengacak rambut Mely yang ia sudah blow pagi tadi.

Suara bel terdengar ketika Mely membuka pintu cafe. Hembusan angin dingin yang keluar dari air conditioner langsung menyapanya. Mely melihat sekeliling hingga indranya menangkap sesosok gadis dengan sebuah cap hitam menutupi surai hitamnya.

"Mel, sini." Cila melambai kearah Mely.

Mely menarik kursi tepar di depan sahabatnya itu dan segera mendaratkan bokong nya.

"Sorry, lama banget ya gue?"

"Santai...." Cila menyeruput americani dingin yang tadi dipesannya.

"Cila lihat." Mely menyodorkan sebuah album lengkap dengan tanda tangan yang memenuhi cover depan album tersebut. "Tanda tangan para jodoh gue!! Hihi." Lanjutnya.

"Mel, please deh. Stop bahas K-Pop sama gue. Gue gak ngerti sumpah." Balas Cila dengan wajah frustasi.

"Ya gua mau pamer aja ke elo. Heheh." Mely kembali memasukan album nya kedalam totebag hitam nya.

"Gimana skripsi?"

"Please stop bahas skripsi, muak gue."

Cila terbahak. Teman yang kini duduk depan nya memang hanya taunya fangirling aja.

"Hahahaah, biasa aja kali respon lo Mel."

"Sumpah ya gak ngerti lagi gue sama tuh dosbing. Udah dulu judul gua ditolak mulu dan tadi dia cuma bilabg lumayan."

"Itumah lo nya aja kali yang dodol! Mel gua bersyukur banget kalo jadi lo, pak Arfan cakep kan tuh, lumayan lah buat mencegah katarak pasca skrishit. Hahah."

Mely menatap malas teman nya itu. Ia memanggil pelayan cafe dan memesan segelas iced expresso. Sepahit-pahitnya expresso, masih lebih pahit nasib skripsi nya. Sekiranya itu yang ia pikir. Mely bukan anak pintar, tapi tidak bodoh juga. Ia hanya... Malas.
.
Tbc💕
.
.
Vote dan komen zheyenk.
Thankyou for reading .
Much luv
Beloved author hih

KIM JONG IN THE MIRACLE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang