Step Brother I

119K 5.9K 2.5K
                                    

Semi baku / Twoshot

.

.

.

Sinar matahari mulai menembus celah gorden jendelaku. Aku sudah bangun sejak 10 menit yang lalu namun malas sekali untuk sekedar duduk. Kasur ini terlalu nyaman untuk kucumbui lebih lama lagi. Namun tak lama suara berat menyapa pendengaranku diiringi ketukan pintu.

"Jen! Udah bangun?"

Dan aku hanya pura-pura tidur terlungkup saat suara langkah kaki mendekat.

Plakk!

"ARGHH!! SAKIT PAH!" Protesku kesal dan si tua ini hanya tertawa kecil.

"Papa tau kamu udah bangun." ucapnya masih dengan tawa tampan. Tentu saja tampan, toh aku juga tampan. Sangat malah.

"Yaudah kalo tau ga usah pukul pantat juga. Ishhh~" desisku perih. Sungguh ini masih terasa panas. Dia pukul pakai tangan atau spatula sih?

"Maaf maaf hehee.. hari ini Papa mau jemput Mama dan saudara barumu, Jen. Cepat mandi dan bersiap." sebetulnya ini yang ingin aku hindari sejak bangun tidur tadi.

"Hmmm..." balasku malas.

"Jangan kecewakan Papa. Tunjukan pada Mama barumu kalau Papa punya putra tak kalah tampan dari putra mereka."

"Iya Jeno tau. Udah sana pergi. Ganggu aja orang tidur!" ucapku sambil membalikkan badan seakan ingin melanjutkan tidur.

PLAKK!

"Cepat mandi Lee bodoh Jeno!" Setelahnya dia segera lari keluar kamar sebelum aku berteriak.

"LEE TUA DONGHAEEE!! PANTATKU SAKIT!"


-----


Aku bercermin untuk memastikan diriku berpenampilan baik hari ini. Dengan balutan celana jeans, kemeja kotak-kotak dan cardigan putih aku cukup siap menyambut mereka.

 Dengan balutan celana jeans, kemeja kotak-kotak dan cardigan putih aku cukup siap menyambut mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah sebenarnya malas, tapi demi kebahagiaan Papa, yasudahlah. Kaki jenjangku turun ke lantai satu untuk menunggu mereka di sofa ruang tamu. Pembantu rumah ini tersenyum menatapku yang berbeda dari biasanya.

"Nak Jeno manis sekali." aku memutar mata malas. "Bibi dengar dari tuan Lee, saudara barumu juga laki-laki." sambungnya.

"Iya aku tau. Tapi kami belum pernah bertemu. Saat pernikahan minggu lalu juga dia tak datang karena masih sekolah di Amerika." jawabku santai sambil mengeluarkan rokok dari saku celana.

Saat api mulai membakar tembakau suara klakson mobil terdengar di halaman rumah.

"Oh Fuck!" gumamku kesal.

Like It! Like That!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang