Smile

68.2K 3.5K 414
                                    


Idea of story : ShinHRin

.

.

.


Pertemuaan pertama kami. Antara aku dan dia...


-----


Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 4 sore yang artinya aku telat 1 jam untuk pulang ke rumah. Beberapa kali aku mendengus kala melihat temanku begitu ribut memilih bunga untuk kekasihnya yang akan lulus sekolah. Ya, kekasihnya adalah kakak kelas kami, Mark Lee. Pria kelahiran Kanada yang sifatnya begitu tenang dan ramah, berkebalikan dengan temanku. Lee Haechan.

Bukan bukan, Haechan bukan orang yang arogan atau sombong, hanya saja dia terlalu berisik dan selalu mengganggu kenyamanan orang lain. Termasuk aku. Huhhh!

"Udah belum? Lagi pula Mark hyung akan suka dengan bunga apapun yang kau berikan." ucapku malas. Iyalah! Kakiku pegal tau berdiri hampir 1 jam di dalam toko bunga ini.

"Iya aku tau. Tapi apa kau lupa? Lusa itu hari kelulusannya Mark hyung. Dan hari itu adalah hari paling SE.PE.SI.AL , mana mungkin aku memberikannya bunga dengan asal."

"Ahh ya ya yaa... terserah sajalah. Aku tunggu di luar."

"Ck! Makanya cari pacar agar tau rasanya jadi aku."

"Tidak! Merepotkan. Thanks."

Setelah itu aku menutup telinga dengan apa yang ia celotehkan. Ah anak itu benar-benar. Pacar dia bilang? Membayangkannya saja aku sudah pusing. Pasti merepotkan.

Aku berdiri di teras toko bunga yang nyaman serta tersedia beberapa meja dan kursi untuk pelanggan duduki. Mataku menatap langit kelabu yang kini rintik-rintik hujan sudah membasahi bumi.

Kuhirup aroma hujan yang begitu khas. Sangat menenangkan pikiran. Aku suka hujan.

Saat mataku berkeliling ada objek yang begitu menarik perhatianku. Seorang laki-laki, lebih tepatnya remaja laki-laki tengah duduk sendiri di salah satu kursi yang memang disediakan toko ini. Dia duduk membelakangiku tapi walau begitu aku yakin dia seumuran denganku. Tiba-tiba hujan semakin lebat dan bagian sisi teras mulai ikut terciprat air hujan hingga membasahi meja dan kursinya. Orang itu! Apa dia tidak ingin pindah?

"Hei, kau yang di sana! Pindahlah ke sudut teras!" Namun sama sekali tidak di ubris padahal aku yakin teriakanku sudah maksimal.

"Hei! Yaaa-" teriakku lagi namun terpotong oleh Haechan.

"Apa sih teriak-teriak! Bikin malu aja." Protesnya dan aku baru sadar banyak pengunjung yang menatapku.

"E-uhm.. hehehe maaf tapi itu disan-eh? Kemana dia??" mataku beredar mengelilingi tempat ini namun tak melihat laki-laki bertopi dan bermantel hitam tadi.

"Siapa? Kau aneh sekali hari ini. Sudah ayo pulang. Itu papaku sudah jemput."

"I-Itu... t-tapi--" ucapku terbata yang masih kukuh ingin memastikan laki-laki tadi. Masa aku liat hantu sih? Kan mustahil.

"Mau ikut tidak!?" potong Haechan lagi yang sudah siap dengan payungnya.

"Ahh... iya iyaa mau" ucapku final sebelum melangkah keluar toko bersama Haechan dan payungnya. Namun aku yakin tidak salah lihat tadi. Saat sampai depan pintu mobil milik ayah Haechan kusempatkan kembali menoleh ke tempat dimana aku berdiri tadi.

Like It! Like That!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang