part 15

7.3K 292 13
                                    

Happy reading

🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀

Kaki itu dengan gemetar melangkah keruangan yang sangat ia takuti karena orang yang ia cintai berada di dalam sana menunggu kedatangannya, pelan Nabila melangkah dengan rasa was-was di hatinya, ada apakah Ikbal memanggilnya? Nabila bersyukur Ikbal masih bisa melewati masa kritisnya, sebenarnya jika boleh jujur Nabila takut, takut akan kehilangan orang yang ia cintai sekarang. Takut Ikbal akan meninggalkannya, karena Nabila sangat mencintai Ikbal.

"Na..bi...la"panggil suara lirih itu terbata ketika Nabila sudah mulai mendekat ke arah Ikbal

"Ikbal"ucap Nabila berlari ke arah Ikbal memeluk pria itu menyalurkan rasa rindu yang sangat mendalam di hatinya. Dengan kekehan kecil dan tubuh lemahnya Ikbal membalas pelukan Nabila.

"Jangan seperti ini lagi, Nabila takut"lirihnya berbisik di dada Ikbal.

"Na....bi....la....ber....ba...ri...ng...lah.....di..sam...pi..ng...ku"ucap Ikbal yang susah berbicara. Nabila menurut gadis itu ikut berbaring di samping Ikbal.

"Pe....luk...a...ku"

Tanpa kata Nabila memeluk tubuh kurus Ikbal, ia dengan berani mengecup pipi dan kening  Ikbal. Hatinya ingin menjerit menahan sesak dan tangis yang tertahan melihat kondisi Ikbal yang seperti itu.

Tuhan jangan ambil dia!. Itulah kata yang selalu Nabila rapalkan dalam hati, ia takut kehilangan Ikbal, ia takut kehilangan lelaki ang sangat di cintainya ini. Di balik kaca Alvin melihat semuanya, ia tersenyum kecil melihat keduanya walau ada rasa rasakit di hatinya tetapi Alvin tak boleh egois ini semua demi kesehatan Ikbal, pasiennya. Ingin sekali ia manarik Nabila membawa gadis keruangannya tidur bersama seperti apa yang di lakukan Nabila dan Ikbal saat ini. Kakinya melangkah pergi sebelum ia benar-benar akan mengambil paksa Nabila dari Ikbal, ingin sekali ia egosis saat ini namun Alvin tak mampu.

"Ik..bal...sa....ya...ng...Na...bi...la"

"Nabila lebih sayang Ikbal"

"Ma..af...ji...ka....se...la...ma...i...ni..a...ku...se...ri..ng...sa...ki...tin..ka...mu"

"Ikbal istirahat aja ya, jangan terlalu banyak bicara. Ikbal masih lemah"

Ikbal menggeleng lemah tersenyum menatap Nabila yang memeluknya. Ia ingin di peluk oleh Nabila saat ini, sangat ingin sekali.

"ja...ngan...na...ngis...ha...nya..kar..na..a...aku....a..da...se...se...o...rang...ya...ng..sa...ngat....men...cin...tai...ka...mu..te...mu...kan...ke...ba...ha...gia...an...ya...ng...ba...ru...wa...lau...tan....pa...a....ku"

"Ikbal istirahat ya"ucap Nabila lirih menahan mata yang sudah memanas, ucapan Ikbal seperti kata perpisahan untukknya. Nabila tak sanggup mendengarnya, ingin sekali ia meraung, berteriak di wajah Ikbal jika ia tak ingin kehilangan pria itu.

"Sa....ya....ng"ucap Ikbal terbata tanpa mendengar ucapan Nabila padanya yang menginginkannya istirahat.

"Iya Ikbal"

"Di...ngin...se...ka...li..bi...sa...kah...pe...lu....kan...mu...le...bih...e...rat"

Nabila mengeratkannya pelukannya, sungguh Nabila tak sanggup kehilangan Ikbal, tak akan pernah sanggup.

"Jangan pergi Ikbal"ucapan itu spontan keluar dari mulut Nabila, Ikbal yang mendengarnya hanya tersenyum menatap mata Nabila, mata sayu itu menatap mata Nabila dengan penuh cinta. seperti berkata lewat matanya bahwa ia tak akan pergi kemana-mana. Ia akan selalu berada di hatinya Nabila, gadis yang sangat ia cintainya.

"a..ku...men....cin...tai...mu"ucap Ikbal lirih sangat lirih di susul dengan matanya yang mulai tertutup rapat. Nabila tak bisa lagi menahan tangisnya, ia berteriak memangil nama Ikbal seperti orang kesetanan.

"Ikbal buka mata kamu, jangan tidur. Ikbal"teriak Nabila mengguncak tubuh Ikbal yang sudah tak bernyawa.

Benarkah Ikbal sudah meninggalkannya? tidak mungkin, Pasti Ikbal hanya tertidur saja.

"Dokter, tolong selamatkan Ikbal"teriak Nabila yang sudah berlari ke ambang pintu.

"Kak Alvin tolong selamat Ikbal hiks...hiks"ucap Nabila dengan tangisnya saat melihat Alvin yang menghampirinya. pria itu tak benar-benar pergi, ia masih mengawasi Nabila dengan Ikbal, firasatnya benar bahwa akan terjadi sesuatu pada Ikbal.

"Kamu tenang dulu, kakak akan berusaha menyelamatkan Ikbal"ucap Alvin. Lalu pria itu masuk ke ruang rawat Alvin bersama dengan suster yang mengikutinya.

Tubuh Nabila terhuyung, namun masih bisa di tahan Oleh Salsa yang sudah dari tadi berada di luar bersama dengan orang tua Ikbal. Tangis tak bisa terbendung lagi, menanti dengan was-was tentang keselamatan Ikbal.

Nabila terduduk dengan tangis yang maaih pecah, dadanya sesak seakan ia tak bisa bernafas lagi.

Sayup-sayup Nabila mendengar papa dari Ikbal berbicara

"Ikhlaskan Ikbal mah"

Apa maksudnya, Ikbal tidak mungkin meninggalkannya semua ini pasti hanya mimpi. Pelukan dari seseorang yang sangat ia kenal dari harum parfumnya menyadarkan Nabila.

"Maafkan kakak yang tidak bisa menyelamatkan Ikbal, Ikhlaskan Ikbal sayang"

Tidak.

Semuanya tidak benar, mimpi ini sngat mengerikan. Nabila ingin segera bangun.

"Nabila berbicaralah jangan seperti ini sayang"

Gadis itu hanya diam matanya menatap kosong ke depan, sebelum tubuh lemahnya terjatuh di pelukan Alvin yang panik akan kondisi Nabila yang tak sadarkan diri. Alvin membawa tubuh Nabila menuju ruangannya sebelum itu ia pamit pada Salsa karena kedua orang tua Ikbal sudah masuk ke ruangan Ikbal melihat anaknya untuk terakhir kalinya.

Alvin memeluk tubuh Nabila dengan erat, mengecup kening gadis itu.

"Jangan seperti ini, kakak mohon sayang. Kakak cinta Nabila"lirih Alvin menatap sendu ke arah Nabila yang masih tak sadarkan diri.




my posesif doctor (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang