Part 1

6.2K 425 10
                                    

"Pergilah, jika kau tetap memilihnya dari pada kami," ujar wanita yang tampak rapuh menatap suaminya yang mengemasi pakaian ke dalam koper.

"Aku sudah berusaha menunjukkan bahwa ini adalah takdirmu, dia juga memiliki anak dariku, mana mungkin aku lepaskan. Tapi kau yang meminta kulepaskan," balas suaminya menatap dengan tegas dan pasti.

Wanita itu tersenyum getir. "Andai kau bilang dulu."

"Pasti tak akan kauizinkan," balasnya cepat.

"Wanita mana pun tak akan sanggup berbagi," lirih wanita itu dengan menunduk dalam tangis.

"Seorang suami boleh menikah lagi tanpa persetujuan istrinya."

"Benar, tapi tidak harus merangkai kebohongan demi kebohongan di dalamnya. Sunnah macam apa yang kaukerjakan dengan begitu banyak kebohongan yang akhirnya diciptakan?" Wanita itu menatap getir. Amarahnya memuncak mengetahui suaminya ternyata memiliki istri selain dirinya.

Tak ada jawaban lagi dari lelaki yang sangat gagah dan tampan itu. Berdiri menyeret koper dan menuju pintu kamar untuk keluar.

"Papa," panggil gadis berusia delapan tahun yang menatapnya dengan linangan air mata. Tak mengerti kenapa pria yang ia panggil papa akan pergi.

"Kau mau ikut papa atau mamamu?"

Gadis lugu nan polos itu melongo. Namun akhirnya memberikan jawaban.

"Aku ingin ikut mama dan papa, seperti ini." Dia menoleh pada ibunya yang tengah terisak.

"Ibumu ingin aku pergi, jadi tetaplah di sini bersamanya," kata sang ayah lalu menoleh pada istrinya yang masih enggan mencegah. Kemudian mengecup bocah kecil berusia delapan tahun yang juga menangis mengingkan keduanya bersama seperti kemarin.

Namun sayang, langkah tegap itu tak dapat mereka cegah.

"Aku akan kirim surat perceraian kita."

"Papa!" Gadis itu mengulurkan tangan dan meraih tangan ayahnya, tapi ditepis lalu pintu pun tertutup.

Itulah kenangan yang akan terekam seumur hidup oleh gadis yang kini menunduk memandang dua ibu jarinya yang basah oleh air matanya sendiri.

Dia menepis tanganku. Dia tak menginginkanku. Dia tak peduli padaku.

***

Gadis itu terhenyat saat mendengar pintu tertutup keras. Dia membuang napas cepat sambil menoleh ke belakang.

"Husna?" sapa sang ibu yang menatap putrinya tengah berkeringat dingin duduk di sisi ranjang.

"Iya, Bu. Husna sudah bangun," katanya sambil mengatur napas, menghirup dan membuang dengan teratur.

Sang Ibu tahu persis, jika anak gadisnya bersikap seperti itu, pasti karena mengingat masa lalu. Mengingat ayahnya yang telah pergi dari sisi mereka demi keluarga yang baru.

"Teman-temanmu sudah menunggu di teras, hari ini ada tugas ke mana lagi?" tanya wanita yang tak lagi muda, tapi kini terlihat lebih segar dari gambaran yang sering Husna lihat.

"Seperti biasa, menemani anak-anak di kolong jembatan," jawab Husna memasukkan beberapa buku ke dalam tas, lalu ponsel, kabel data, powerbank, kacamata, dan kaos kaki ganti.

"Sudah banyak donatur yang bantu lagi?" tanya sang ibu seolah tak bosan mengalihkan trauma masa kecil putrinya.

Iya, Husna adalah gadis kecil yang melihat sang ayah pergi dari sisi ibunya. Namun dia tumbuh menjadi wanita tangguh yang selalu membantu sesama. Terutama, anak-anak yang jadi korban perpisahan orang tua seperti dirinya. Anak-anak broken home yang butuh perhatian khusus.

LOVE MIRACLE (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang