Part 5

3.3K 384 17
                                    

"Kalau gitu, kami juga mau panggil Papa sama Mama seperti Amar ya?" teriak yang lain.

Husna melotot dan tertawa pada akhirnya, sementara Syafiq tertegun, menoleh pada gadis yang tampak tak terpengaruh dengan panggilan baru mereka. 

Padahal, hati Syafiq merasakan desiran yang lembut saat dipanggil demikian serta dipasangkan dengan Husna. Wajar, ingatan ketika abinya dan juga ayah Husna yang memintanya menaklukkan hati sang gadis, kembali terngiang. Membuat sedikit pintu ruang di hatinya terbuka tanpa ia sadari. Padahal, dia sempat menolak.

"Kamu keberatan ya, Kak?" tanya Husna yang menoleh pada Syafiq yang melamun.

"Eh? Apa? Aku lagi mikirin kalau beneran aja gimana?" kekeh Syafiq sambil tertawa dan mendekati anak-anak yang terus riuh bercanda.

Husna hanya tersenyum, sudah terbiasa dengan candaan teman-temannya soal asmara. Tak lagi dianggap serius, karena memang dia tak berniat menjalani kehidupan pernikahan.

Pada akhirnya, mereka pergi bertiga dengan menaiki motor besar milik Syafiq. Amar di tengah di antara mereka, menuju taman dan membeli bola. Bermain di sana, seperti keluarga bahagia yang sesungguhnya.

Syafiq menatap Husna yang telaten merawat anak-anak di tempatnya mengajar. Tak pernah merasa canggung, apalagi geli. Padahal banyak dari mereka kumal, tapi selalu disuruh mandi di tempat belajar.

"Udah cocok tuh jadi seorang ibu," goda Syafiq ketika Husna tengah mengobati kaki Amar yang tergores karena jatuh.

"Kakak tuh yang cocok. Usia sudah matang, udah layak nikah," balas Husna sambil menaruh obat anti bakteri ke dalam tas lagi.

"Kalau ... kakak melamar kamu emang mau?" goda Syafiq memancing.

Husna tertawa dan memukul pundak Syafiq.

"Dih, kakak. Jangan bikin ge-er Husna deh, nggak akan mempan." Dia menatap menantang.

"Lho, bukannya perempuan senang digoda dan digombali? Apalagi dilamar?" tanya Syafiq dengan manis.

"Mungkin, tapi tidak dengan Husna."

"Kenapa?"

"Nggak siap aja," jawabnya singkat.

"Belum siap atau nggak siap? Beda lho."

Husna memandang jauh ke depan.

"Iya, nggak siap," jawab Husna.

"Meski itu ... saya yang melamar?" cecar Syafiq penasaran.

"Apalagi Kak Syafiq, ogah banget," jawab Husna sambil menahan tawa.

Syafiq melotot dan tidak terima.

"Lho lho, apa salah kakak kok tega bener jawabannya?" Syafiq menatap dengan serius.

"Ya karena Kakak godain Husna terus kayak gini, nggak lucu tahu," katanya sambil mengajak Amar bangkit dan membeli makanan yang lewat.

Syafiq benar-benar tidak bisa menebak isi hati Husna. Meski penasaran, dia harus hati-hati jangan sampai Husna mengetahui motifnya hadir dalam kehidupan gadis itu.

"Bang, mas itu yang bayar ya," kata Husna setelah mengambil makanan.

"Huuu!" ejek Syafiq sambil merogoh saku celana. Membayar dan menyusul Husna dan Amar.

"Amar seneng nggak?" tanya Syafiq ketika menaiki motor lagi.

"Seneng, Amar mau kalau ayah sama bunda dituker sama Kak Syafiq dan Kak Husna aja," jawabnya lugu.

Husna tertawa, tapi tak merasakan apa pun selain rasa senang memuaskan adik asuhnya tersebut.

Berbeda dengan Syafiq, yang mulai merasakan getaran aneh di hatinya, padahal kemarin menolak mati-matian.

LOVE MIRACLE (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang