MAKANAN MANIS (Part 1)

9 0 0
                                    


Selasa siang, tanggal 13 Maret, aku berjalan dari kantin ke kelas. Waktu itu semua anak kelas 3 sudah pada pulang. Maklum, sudah jam 12 siang.

Aku berjalan sambil membawa susu dan roti di tangan untuk kubawa ke kelasku yang ada di ujung koridor. Niatku, sih ingin makan di mejaku sambil mengerjakan soal latihan les dan menunggu waktu berangkat ke tempat les.

Masih kuingat, dua langkah kakiku menapaki kelas dan menengok ke arah mejaku, ada Coklat sedang membungkuk. Tangannya merogoh kolong mejaku. Sedang apa?

"Coklat?" kataku. Dia menengok kearahku. Sikap badannya seketika tegak. Lalu tangannya mengibas satu sama lain, seperti membersihkan remeh nasi, tapi tidak ada nasinya.

"Ngapain disini?" tanyaku heran dengan kedua tangan yang masih memegang makanan minuman. Aku lalu berjalan menghampirinya. Karena mau taruh tas. Berat. Bawa banyak buku pelajaran. Mirip penampilan anak sekolah mau Ujian Nasional. Memang iya, sih.

Coklat mundur. Memberi akses jalan agar aku bisa duduk di bangku.

Kutaruh semua. Susu, roti, dan tas. Coklat masih diam. Tak ngomong satu patah pun. Kutatap dia. Dia membalasnya dengan senyum yang seperti biasanya Coklat kalau senyum. Senyum yang aku suka. Aku pun membalas senyumnya.

"Donat" panggilnya. Baru kali itu aku dipanggilnya dengan keadaan yang hanya ada kami berdua saja di kelas. Intim dan dekat sekali bagiku. Entah baginya.

"Iya" aku mendongak ke arahnya yang berdiri tepat di sampingku.

"Kamu nggak penasaran sama yang ada di kolong meja kamu?"

"Apa?" lalu kurogoh juga kolong mejaku. Aku menemukan satu buah dodol dengan kertas bertuliskan Kamu manis seperti dodol.

Deg!

utatap langsung Coklat. Dia kembali, cuma senyum. Padahal tadinya aku mau nanya biar tak berasa geer, tapi senyumnya berhasil sekali membuatku gagu.

"Keluar, yuk" ajaknya. Coklat lalu berjalan duluan. Aku mengekorinya nurut. Menyender di dinding pembatas koridor depan kelas. Ingat, kelasku itu di atas, lantai dua. Aku menghampiri ke samping kanannya sambil memegang secarik kertas yang entah di tulis siapa dan satu dodol berukuran kecil.

"Donat."

"Iya" jawabku.

"Kamu pinter. Pasti udah tau maksudnya apaan?"

"Dodol ini?" tunjukku. Coklat hanya mengangguk kecil dua kali sambil senyum. Senyum melulu.

"Jadi, gara-gara kamu mejaku sering disemutin pagi-pagi?"

"Kan, abis itu, makanan lainnya di bungkus. Rapi. Biar kamu nggak repot bersihin semut pagi-pagi lagi."

"Mana? Dodol ini nggak" protesku.

"Hehehehe" Coklat ketawa. "Lupa. Tadi lihat kamu dari kantin jalan ke sini. Aku takut ketauan."

"Kalau nggak pernah ketauan, gimana?"

"Berarti kamu nggak pernah tau kalau aku suka sama kamu."

Hatiku, tidak, jiwaku, bahkan diriku bahagia sekali mendengarnya. Sungguh. Sumpah. Aku senang sekali. Karena kukira selama ini, Coklat tidak pernah bisa melihatku sebagai perempuan yang akan dipacarinya.

Aku terus menerus menatapnya, belum bisa balas kalimatnya.

"Donat?"

"Hmm" jawabku singkat.

"Kamu tau nggak, dodol dari mana?"

"Darimana? Ya, dari Garut."

"Salah. Dari gula merah, terus di aduk-aduk sampai keras."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 03, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DONAT DAN COKLATWhere stories live. Discover now