Kring!!!
Suara bel pulang sekolah terdengar nyaring ke seluruh penjuru sekolah. Jenara yang tengah tertidur dengan wajah bertumpu di telapak tangan dan lengan bertumpu pada meja dibuat terbangun oleh suara tersebut.
Keadaan kelas masih hening setelah mereka semua mendengar bel tadi, itu karna guru didepan masih sibuk menerangkan.
Jenara gadis bersurai coklat tanpa malu dan takut menguap dengan kencang sambil merenggangkan kedua tangan selebar-lebarnya.
Semua seisi kelas beralih tatap ke gadis cantik tersebut. Jenara yang ditatap tak merasa risih, malah ia tambah merenggangkan tangannya yang terasa pegal keatas.
Lengannya terasa sangat pegal karna digunakan untuk bertumpu selama ia tertidur. Berarti selama 3 jam lamanya ia tak mendengarkan penerangan guru didepan.
Guru didepan tak memarahinya, justru sekarang guru itu tengah merapikan semua alat mengajarnya. Mau marah pun juga tak ada gunanya, yang ada nanti merugikan diri sendiri.
Tak ada yang berani memarahi jenara, karna ia adalah putri satu-satunya dari keluarga kaseman.
JENARA TINOTA KASEMAN, putri Tino kaseman dan taya kaseman. Papa tino atau papa jenara merupakan orangtua penyumbang terbesar kedua untuk sma tempat jenara sekolah sekarang.
Maka dari itu guru-guru tak berani memarahi kelakuan jenara yang salah satu hobinya adalah tertidur saat jam pelajaran berlangsung.
"Baik anak-anak, pembelajaran hari ini kita cukupkan sampai disini. Kita bertemu di hari kamis mendatang."
"Baik buguru!" Dengan serentak semua murid disana mengiyakan ucapan bu'Dara. Tapi hanya jenara saja yang mengiyakannya dengan tak penuh semangat.
"Baik owahhhm buguru." Jenara menepuk-nepuk mulutnya yang menguap ditengah-tengah kalimatnya.
Bu'Dara sudah pergi meninggalkan kelas yang mulai ribut menyambut kepergiannya buguru galak tersebut.
"Gilak berani banget lo jen!"
Aldy, teman sebangkunya menepuk-nepuk pundak jenara dengan bangga.
Jenara menaikkan kedua bahunya acuh, lalu mengibaskan helaian rambutnya hingga mengenai wajah aldy.
"Itu rambut apa sikat sih jen, tajem banget elah." Aldy menghusap-husap seluruh wajahnya.
"Apa?! Ngomong apa lo tadi? Coba tolong diulang, princes jenjen mau denger ULANG!!!" Jenara meninggikan kalimat terakhirnya sambil melotot menatap aldy.
Aldy yang melihat wajah jenara yang memerah langsung berlari menghindari amukkannya.
"Mau kemana lo?!"
Jenara menarik lengan bajunya keatas persis seperti preman siap memukuli aldy.
Aldy berdiri didepan papan tulis sambil memohon kepada jenara.
Jenara mulai berjalan menghampiri aldy dengan tangan kanan dikepal didepan wajahnya.
Murid-murid yang masih disana tertawa menyaksikan pertengkaran mereka berdua.
Jenara yang sudah siap menabok kepala aldy pun gagal, karna dua bodyguardnya datang dan menarik paksa aldy.
"Lepasin." Ucap jenara, lalu dua bodyguard tersebut melepaskan tubuh aldy.
Aldy menatap dua bodyguard jenara yang lebih tinggi darinya. Pemuda tersebut maju satu langkah kedepan sambil memperbaiki letak kaca matanya.
Sekarang terlihat jelas jika aldy memang benar-benar pendek. Didepan wajah aldy adalah dada bodyguard jenara. Jangan heran juga sih, di dekat jenara pun aldy memang terlihat kecil.
"Ngehh" aldy berusaha berjinjit setinggi-setingginya, tapi tetap saja tingginya tak melewati para bodyguard berwajah datar tersebut.
Pemuda tersebut pun menyerah, lalu menatap jenara kembali.
"Gue duluan, gue merasa jadi kurcaci diantara kalian bertiga. Byee jen!"
Jenara tertawa menatap aldy yang sempat-sempatnya menjulurkan lidah ke para bodyguardnya.
Setelah hilangnya aldy dari kelas, jenara melipat kedua tangannya diatas dada, lalu berjalan meninggalkan kelas.
Tanpa diperintah, salah satu bodyguardnya mengambil tas miliknya dan satunya mengikuti jenara dibelakang.
Diperempatan koridor, dari arah kanan suara cempreng menusuk gendang telinganya.
"Jenjen, dek fira is coming!!!"
Fira sahabat jenara. Mereka berdua tidak sekelas karna jurusan mereka berbeda.
Jenara 12 mipa4 dan fira 12 ips1.
"Jen jalan yuk. Dek ya laper banget nih." Fira memasang muka terimutnya supaya jenara mau jalan dengannya sekarang.
"Paan sih lo. Lo tadi makan banyak banget, bakso gue aja lo sikat tadi."
"Ihh jen, kok lo ga pekaan sih. Maksud gue laper banget itu, ya laper pingin jalan-jalan." Fira cemberut dengan tangan dilipat.
"Eyy kok malah lo yang ngambek. Mangkanya kalo ngomong tu yang jelas. Gimana sih!" Jenara menoyor kepala fira, hingga fira terdorong kebelakang.
"Hehe, jalan-jalannya jadi yah?" Fira menarik tangan jenara.
"Eh tunggu dulu." Jenara melepaskan tangan fira dan beralih menatap kedua bodyguardnya.
"Ekhm, gue mau pergi jalan bareng fira. Awas kalo lo bilang papa gue." Jenara berbalik meninggalkan para bodyguardnya.
Lalu jenara dan fira pun berjalan dengan riang ditengah-tengah sepinya koridor. Kedua bodyguard tersebut hanya bisa geleng kepala melihat tingkah laku bos kecilnya yang kadang-kadang imut, ngeselin, cerewet dan masih banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E K A L A
Teen FictionKejadian dimulai, saat jenara dibuat tercengang oleh wajah mas-mas barista yang tengah menanyakan namanya. "Nama dek?" "Dek," "DEK!" "Eeh iya ganteng?!"