"Rame banget gilak!" Teriak fira supaya suaranya terdengar oleh jenara.Tempat yang mereka kunjungi sekarang adalah tempat tongkrongan anak kuliahan. Mungkin sudah dua kali jenara ketempat ini, ah tidak, jadinya tiga kali sama yang sekarang ini.
Pintu cafe pun dibuka selebar-lebarnya karna antriannya memanjang hingga keluar cafe.
"Ih fira! Ngapain kesini sih. Ke mall yuk, disini panas, kita beli minumnya di mall aja!"
Teriak jenara di telinga fira, ia kesel karna sudah mengira akan dibawa ke mall eh tahu-tahunya dibawa kecafe pinggir jalan.Mana lagi mereka berdua berada dibarisan paling belakang, plus sinar matahari yang panas. SUNBURN!.
"Sakit jenara! Telinga gue dengung ni!" Fira menutup telinganya dengan jenara yang melipat kedua lengannya diatas dada.
Raut wajah jenara sangat tidak bersahabat, beda dengan fira yang sangat excited.
Mereka berdua disini, karna mendengar rumor kalau barista dicafe yang mereka kunjungi sekarang ganteng-ganteng. Mengetahui itu langsung saja fira mengajak jenara yang kebetulan sama-sama jomblo.
"Seganteng apa sih orang tu fir? sampe-sampe lo mau nunggu panas-panas begini."
Jenara menghusap lengannya yang terkena paparan sinar matahari. Ia lupa memakai jaket, dan lebih sialnya lagi baju seragamnya berlengan pendek.
Mau menelfon bodyguard agar dibawakannya jaket, tetapi bayangan wajah papanya terlintas dikepalanya. Ingin jenara menangisi nasibnya saat ini.
"Udah diem aja, yang penting ganteng." Ucap fira tanpa melihat jenara yang kepanasan seperti cacing tanah.
"Dimall juga banyak kali fir. Lo juga kaya gapernah kesini aja, udah dua kali kita kesini tapi baristanya biasa-biasa aja tuh."
"Udah deh jen, jangan cerewet! lo juga bakalan diem kaya benda mati didepannya nanti!"
Mendengar itu jenara pun mengerucutkan mulutnya. Sungguh hari ini adalah hari yang sangat mengesalkan.
"Eh rapiin rambut gue yang dibelakang dong."
Jenara menatap dua cewek centil yang mengantri didepannya.
Cewek yang barusan berbicara adalah cewek berambut curly dicat merah. Sedangkan teman disampingnya adalah cewek dengan pipi merah tengah merapikan rambut si curly.
"Udah rapi kok, eh make up gue juga udah rapi kan?" Jenara beralih menatap mbak-mbak berpipi merah.
"Blush on lo kurang tuh, tambahin lagi."
Jenara menahan tawa melihat cewek berpipi merah tersebut yang menurut saja kepada cewek berambut curly tersebut.
Padahal pipinya sudah seperti bekas tamparan, tapi masih saja ditambahkan pewarna.
Uhuk
Mendengar suara orang batuk, Jenara pun memutarkan kepalanya kebelakang.
Ternyata pemilik suara tadi adalah gadis yang mengenakan seragam smp dengan buku paket dipeluknya.
Mungkin merasa diperhatikan, sambil merapikan letak kacamatanya gadis tersebut menatap jenara dengan senyum lebar. Jenara tersenyum lalu kembali dengan posisinya.
Melewati antrian yang sangat panjang, hingga tersisa lah tujuh orang yang masih berbaris diluar cafe. Jenara dan fira termasuk kedalam tujuh orang tersebut.
Hari juga semakin sore dan jenara sedari tadi tak mengangkat telfon dari sang papa. Kalo ia menerimanya, bisa-bisa bodyguard ngeselinnya menjemputnya dan ia dibopong kedalam mobil secara paksa.
Membayangkannya saja jenara ogah, apalagi itu bener-bener terjadi. Maka dari itu, jenara tak menerima telfon dari papanya yang sudah menghubunginya berpuluhan kali.
Pintu cafe terbuka dan tampaklah pemuda dengan senyum manis memperlihatkan behel toscanya. Pemuda tersebut menatap mereka semua.
"Maaf sekali, karna cafe dalam keadaan full, jadinya hanya ada enam orang saja yang dapat masuk. Dan sisanya dapat kembali lagi besok." Jelas pemuda behel tersebut.
Mereka semua menatap gadis smp itu.
Jenara yang tak tega melihatnya pun mengalah. Ia berpikir, mungkin saja gadis itu ingin mengerjakan tugasnya dicafe ini. Sedangkan dirinya dicafe ini hanya ingin melihat barista.
Lebih baik ia mengalah untuk gadis smp tersebut.
"Ga papa?" Tanya fira ke jenara yang mengangguk.
Mereka berenam pun masuk, dengan fira yang membentuk tangannya seperti telefon di telinganya. Jenara pun mengangguk mengerti dengan gerakkan tangan fira.
Pintu cafe tertutup menyisakan jenara seorang diri. Ia menatap pintu tertutup itu, lalu menghembuskan nafasnya.
Dengan tak bertenaga, jenara berbalik dan berjalan menjauhi pintu cafe tersebut. Tapi baru sepuluh langkah, handphone yang berada digenggamannya pun bergetar.
Ia tersenyum dan mengangkat telefon tersebut.
'Jen, lo dimana?' Suara disebrang telfon terdengar ramai.
"Didepan cafe." Jawab jenara sambil menendang-nendang pasir.
'Sekarang lo lihat pintu cafe, lihat siapa yang keluar.' Ujar fira dengan menggembu-gembu, lalu sambungan terputus tepat saat pintu cafe terbuka.
Benar kata fira, jika nanti jenara akan diam bak benda mati setelah melihatnya.
Siapa orang yang dimaksud fira? Apakah pemuda yang dipandang jenara sekarang?
Handphone yang berada digenggamannya pun terjatuh, setelah mata dua orang tersebut bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
S E K A L A
Teen FictionKejadian dimulai, saat jenara dibuat tercengang oleh wajah mas-mas barista yang tengah menanyakan namanya. "Nama dek?" "Dek," "DEK!" "Eeh iya ganteng?!"