Kerikil kecil berjatuhan, menuju dasar tebing gelap tak terlihat berujung. Kaki Nando hampir ikut terbawa kalau saja tiga pasang tangan tak dengan kuat menggenggam jaket yang ia kenakan. Jurang itu tepat berada dibalik semak yang ia terobos. Galang menarik tangan Nando dan segera pergi menjauh dari sana.
Napas terengah-engah, rasa takut membuat mereka lelah. Untuk sesaat tadi, hampir saja salah satu dari mereka bertemu dengan ajalnya.
"Makasih, Bro."
Nando terduduk, sekujur tubuhnya lemas. Kali ini rasa takut itu benar-benar nyata adanya. Tak menyangka bahwa tujuan membuka jalur dengan cara secepat itu akan membawa petaka. Dalam perjalanan kali ini sepertinya Nando selalu tak beruntung namun setidaknya ada yang masih tak berubah darinya, ia selalu ceroboh dan juga tergesa-gesa seperti biasa.
"Gimana sekarang?"
Dari bawah wajah tertunduk nya, beberapa air telah menetes. Perlahan semakin banyak hingga membasahi celana yang Nando kenakan. Galang menengadah, namun ia tak bisa memastikan apa-apa.
"Gawat, kayaknya bakal hujan, kita harus cepat pergi dari sini buat nyari tempat berteduh atau bikin tenda."
Miko mengulurkan tangan, Nando menerima ulurannya seraya menariknya agar ia mampu berdiri dengan cepat. Tanpa diduga, langit begitu cepat menumpahkan semua kesedihannya, hingga menjadi pembuka perjalanan berat mereka.
Langkah-langkah lelah itu mulai menapaki jalan tak tentu arah. Penerangan minim membuat mereka kesulitan membuka jalan, mencari celah yang mungkin bisa mereka lewati, hingga akhirnya mereka menyerah dan menyalakan semua senter yang mereka bawa.
"Lebih baik kita nyalain semuanya, gua rasa dalam kondisi kayak gini, gak bakal ada yang patroli, terlebih lagi kondisi sekarang lebih berbahaya dari pada ketahuan sama mereka."
Mereka membenarkan ucapan Miko. Namun sesaat kemudian, apa yang mereka simpulkan ternyata salah besar, ternyata do'a mereka begitu mudah terkabul. Dari jauh, beberapa titik cahaya memanjang mengarah pada mereka. Dari jumlah cahayanya, jumlah mereka sepertinya sama.
"Gawat, cepet lari!"
Nando, Sansan lebih dulu berlari menjauh dari kejaran mereka. Galang dan Miko menyusul dari belakang, namun sayangnya, kini langkah kaki itu tak lagi terdengar mengejar. Nando dan Sansan tak menyadari bahwa kini mereka telah terpisah. Mereka baru berhenti setelah akar pepohonan memaksanya untuk mencium hamparan tanah basah yang tak begitu luas. Nando jatuh lebih dulu, dan Sansan harus menimpa Nando setelah kakinya tersandung kaki Nando yang telah terkapar lebih dulu.
"Sori Do, gua gak sengaja."
Sansan segera bangkit, ia sadar bahwa kejadian kali ini bisa membuat emosi Nando naik. Beruntung baginya, saat ini Nando tak peduli dengan itu. Namun sial bagi mereka ketika sadar bahwa kini hanya tinggal berdua.
"Loh, San, Miko sama Galang mana?"
Mereka bertatapan, rasa takut itu kembali walau datang dari sumber berbeda. Hujan yang sebelumnya turun lembut menyapa, kini mulai menampakkan kehebatannya dalam menyejukkan suasana.
"Kita balik jalan lewat tadi aja, siapa tahu mereka masih di sana."
Sansan menatap Nando, sekilas ucapannya memang benar, tapi di benaknya saat ini muncul pertanyaan.
"Do, harus lewat mana?"
Nando menoleh ke arah Sansan, lalu matanya tertuju pada jalan yang telah mereka lewati hingga bisa sampai di sini. Namun sayang, untuk saat ini, jalan itu entah berada di mana. Kegelapan telah menyamarkan semuanya. Nando kembali menatap Sansan, lalu ia menggeleng pelan. Ia yakin Sansan mengerti walau dalam kegelapan, ia tahu Sansan takkan bisa melihat apa yang ia lakukan. Diam adalah sebuah pertanda bahwa saat ini mereka dalam kebingungan yang sama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedhus Gembel
Terror"Tolong." Mereka semua berlari, rasa takut itu kian memuncak sebelum sesuatu itu datang melahap semua yang terlewat.